Israel merespons dengan serangan di Gaza yang menewaskan 232 orang dan menandakan akan ada serangan lebih lanjut. Perdana Menteri Israel mengumumkan negara berada dalam keadaan perang dan berjanji untuk memberikan "harga yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Dalam serangan yang sangat luas, para penembak Hamas melaju ke setidaknya 22 lokasi di luar Jalur Gaza, termasuk kota-kota dan komunitas lainnya yang berjarak hingga 24 kilometer dari perbatasan Gaza.
Di beberapa tempat, mereka menembak warga sipil dan tentara, sementara militer Israel berusaha merespons dengan cepat.
Pertempuran senjata terus berlanjut hingga malam hari, dan para milisi menyandera penduduk di dua kota. Milisi menduduki sebuah kantor polisi di kota ketiga, di mana pasukan Israel berjuang hingga Minggu pagi untuk merebut kembali gedung tersebut.
Baca Juga: Pengakuan Eks Ketua Mossad atas Serangan Hamas ke Israel: Tak Ada Peringatan Apa pun
Juru bicara militer Israel mengatakan hari Minggu pagi, situasi penyanderaan telah teratasi, tetapi tidak mengatakan apakah semua sandera berhasil diselamatkan.
Dua puluh empat jam setelah dimulainya serangan Hamas, militer Israel masih belum menyatakan keadaan sudah sepenuhnya terkendali di wilayah yang diserbu Hamas. Di beberapa kota, mayat warga sipil bergeletakan dengan tubuh penuh lubang peluru di tempat mereka bertemu dengan penyerang Hamas yang merangsek maju.
Sedikitnya sembilan orang warga sipil Israel ditembak mati di halte bus kota Sderot, bergeletakan di trotoar jalan, tas mereka masih berada di trotoar dekatnya. Seorang perempuan, sambil berteriak, memeluk tubuh anggota keluarga yang tergeletak di bawah selimut di samping sepeda motor yang terjatuh.
Serangan udara Israel di Gaza semakin intensif setelah malam hari, meratakan bangunan-bangunan perumahan dalam ledakan besar, termasuk sebuah gedung bertingkat 14 yang berisi puluhan apartemen serta kantor-kantor Hamas di pusat Kota Gaza. Pasukan Israel memberikan peringatan sebelumnya.
Warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa menderita blokade perbatasan yang diberlakukan dalam berbagai tingkat oleh Israel dan Mesir sejak kelompok militan Hamas mengambil alih kendali pada tahun 2007.
Di Gaza, sebagian besar penduduk hidup dalam kegelapan setelah malam tiba karena pasokan listrik dari Israel, yang hampir sepenuhnya memasok semua kebutuhan listrik di wilayah tersebut, diputus.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel akan menghentikan pasokan listrik, bahan bakar, dan barang ke Gaza.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.