Ada sekitar 1.500 tentara Prancis yang ditempatkan di negara Afrika Barat tersebut.
Keputusan itu menyusul berbulan-bulan demonstrasi dan sikap bermusuhan terhadap kehadiran Prancis di negara itu.
Demonstrasi rutin menentang Prancis juga terjadi di Ibu Kota Niamey.
Bagi Prancis keputusan tersebut sebenarnya menjadi pukulan telak dalam operasi menghadapi militan Islam di wilayah Sahel.
Namun Macron menegaskan Prancis tidak akan disandera oleh para pelaku kudeta.
Macron mengungkapkan ia masih menganggap Presiden Mohamed Bazoum yang tengah ditahan pelaku kudeta sebagai satu-satunya otoritas sah negara itu.
Baca Juga: Lavrov: Rusia Siap Berunding soal Ukraina, tapi Tanpa Gencatan Senjata karena Pernah Dikibuli Kiev
Ia juga telah memberitahu Bazoum mengenai keputusannya, dan menggambarkan sang presiden yang digulingkan itu sebagai sandera.
“Ia menjadi target kudeta karena melakukan reformasi yang berani, dan karena sebagian besar terjadi perselisihan antar etnis, serta banyak kepengecutan politik,” ujarnya.
Niger sendiri merupakan salah satu dari beberapa negara koloni Prancis di Afrika Barat, yang telah mengalami kudeta.
Sebelumnya ada Burkina Faso, Guinea, Mali dan Chad, sedangkan yang teranyar adalah Gabon pada Agustus lalu.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.