CAPE CANAVERAL, KOMPAS.TV - NASA hari Kamis (14/9/2023) mengatakan studi tentang UFO akan memerlukan teknik ilmiah baru, termasuk satelit canggih serta perubahan dalam bagaimana kita memandang objek terbang tak dikenal.
Badan antariksa ini merilis temuannya setelah satu tahun melakukan studi tentang UFO.
Dalam laporan berhalaman 33, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (15/9/2023), tim independen yang ditugaskan oleh NASA memperingatkan persepsi negatif seputar UFO merupakan hambatan untuk mengumpulkan data.
Namun, pejabat NASA mengatakan keterlibatan NASA seharusnya membantu mengurangi stigma seputar apa yang mereka sebut sebagai UAP, atau fenomena anomali tak teridentifikasi.
"Kami ingin mengubah pembicaraan tentang UAP dari sensasionalisme menjadi ilmu pengetahuan," kata Administrator NASA, Bill Nelson. Dia berjanji untuk mengambil pendekatan terbuka dan transparan.
Pejabat menekankan panel tersebut tidak menemukan bukti UAP berasal dari luar angkasa. Namun, Nelson mengakui dengan miliaran bintang di miliaran galaksi di luar sana, planet lain seperti bumi bisa saja ada.
"Jika Anda bertanya kepada saya, apakah saya percaya ada kehidupan di alam semesta yang begitu besar sehingga sulit bagi saya untuk memahami seberapa besar itu, jawaban pribadi saya adalah ya," kata Nelson dalam konferensi pers. Para ilmuwan NASA sendiri menempatkan kemungkinan kehidupan di planet serupa Bumi lainnya setidaknya "sebanyak satu triliun."
Ketika ditanya oleh wartawan apakah Amerika Serikat atau pemerintah lainnya menyembunyikan alien atau pesawat luar angkasa dari dunia lain, Nelson mengatakan: "Tunjukkan buktinya."
Baca Juga: Jasad Alien Ditampilkan, Ahli Bersaksi di Kongres Meksiko Adanya Kehidupan Lain
NASA mengatakan mereka tidak aktif melakukan pengamatan atas benda langit yang tidak dapat dijelaskan. Namun, mereka mengoperasikan sekelompok pesawat luar angkasa yang mengorbit Bumi, yang dapat membantu menentukan, misalnya, apakah cuaca ada di balik suatu peristiwa aneh.
Panel beranggotakan 16 orang mencatat kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin sangat penting untuk mengidentifikasi kejadian langka, termasuk UFO.
Baru-baru ini, NASA menunjuk seorang direktur untuk penelitian UFO, tetapi tidak mengungkapkan identitasnya untuk melindunginya dari ancaman dan pelecehan yang dihadapi oleh anggota panel selama studi.
"Itu sebagian alasan mengapa kami tidak mempublikasikan nama direktur baru kami karena ilmu pengetahuan perlu menjadi bebas. Ilmu pengetahuan perlu melalui proses yang nyata, ketat, dan rasional, dan Anda memerlukan kebebasan berpikir untuk dapat melakukannya," kata Dan Evans, perwakilan NASA untuk panel tersebut.
Namun yang perlu dicatat, para ilmuwan, ahli penerbangan, dan ahli kecerdasan buatan, serta pensiunan astronot NASA Scott Kelly, yang merupakan orang Amerika pertama yang menghabiskan hampir setahun di luar angkasa, tidak mengakses file rahasia tingkat tertinggi. Sebaliknya, kelompok tersebut mengandalkan data yang tidak berstatus rahasia dalam upaya untuk lebih memahami pengamatan yang tidak dapat dijelaskan di langit.
Pejabat mengatakan pengamatan berkualitas tinggi begitu sedikit sehingga tidak ada kesimpulan ilmiah yang dapat diambil. Kebanyakan peristiwa dapat diatributkan pada pesawat, drone, balon udara, atau kondisi cuaca, kata ketua panel David Spergel, presiden Simons Foundation, sebuah kelompok penelitian ilmiah.
Pemerintah AS menyebut pengamatan yang tidak dapat dijelaskan sebagai UAP atau fenomena anomali yang belum teridentifikasi, bukan UFO. NASA mendefinisikannya sebagai pengamatan di langit atau tempat lain yang tidak dapat diidentifikasi atau dijelaskan secara ilmiah.
Studi ini diluncurkan setahun yang lalu dan biayanya kurang dari $100.000.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.