MOSKOW, KOMPAS.TV - Kepala Departemen Kerja Sama Ekonomi Birichevsky menyebut negara-negara anggota kemungkinan akan mengegolkan kebijakan mata uang bersama suatu saat.
Penggunaan mata uang bersama berarti negara-negara anggota sepakat memakai mata uang tertentu untuk transaksi, menggantikan mata uang nasional. Sistem ini dipakai di antaranya dengan penggunaan euro di Uni Eropa dan franc CFA di Afrika.
Baca Juga: Rusia: BRICS dan SCO Menguat, Barat Justru Lemahkan Institusi Tata Kelola Global seperti G20
"Mata uang bersama adalah sesuatu yang sangat mungkin di kemudian hari, tetapi jalan menuju ke sana tidaklah cepat atau mudah," kata Birichesky kepada TV BRICS sebagaimana dikutip TASS, Jumat (8/9/2023).
"Namun, saya yakin bahwa kita akhirnya akan sampai ke sana," lanjutnya.
Seperti diketahui BRICS belakangan ini memperluas organisasi dengan menyambut Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab sebagai anggota baru. Enam negara itu akan resmi menjadi anggota BRICS per 1 Januari 2024.
Sementara itu, dalam KTT terkini di Johannesburg, Indonesia tidak ingin tergesa-gesa menjadi anggota kelompok ekonomi tersebut. Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menyebut pihaknya sedang mengkaji peluang kepesertaan Indonesia di BRICS.
"Kita ingin mengkaji terlebih dahulu, mengkalkulasi terlebih dahulu, kita tidak ingin tergesa-gesa," kata Jokowi dalam keterangan resminya, 25 Agustus lalu.
“Hubungan kita dengan kelima anggota BRICS juga sangat baik dan terutama di bidang ekonomi,” lanjut Presiden Jokowi.
Baca Juga: Pidato Jokowi Saat Kunjungi 4 Negara di Afrika Hingga Hadiri KTT BRICS 2023
Sumber : Kompas TV/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.