Baca Juga: Pemimpin Kudeta Niger Ketakutan, Tutup Wilayah Udara karena Ancaman Intervensi Kekuatan Asing
Kudeta-kudeta di negara-negara seperti Mali, Guinea, Burkina Faso, Chad, dan Niger telah mengakibatkan gangguan terhadap perkembangan demokrasi dalam beberapa tahun terakhir.
Situasi di Gabon semakin tegang seiring kekhawatiran akan potensi kerusuhan pasca pemilihan presiden, parlemen, dan legislatif pada hari Sabtu.
Pemilihan tersebut menjadi saksi persaingan antara Bongo yang berupaya memperpanjang kepemimpinan keluarganya selama 56 tahun, dengan oposisi yang mendorong perubahan di negara kaya minyak dan kakao namun menghadapi kemiskinan akibat berbagai bencana yang melanda.
Menurut Pusat Pemilihan Umum Gabon, dalam proses yang mengalami keterlambatan, Bongo berhasil meraih 64,27 persen suara, sementara penantang utamanya, Albert Ondo Ossa, mendapatkan 30,77 persen suara.
Sebelumnya, kubu oposisi mengatakan, pemilu tersebut adalah “penipuan yang diatur oleh Ali Bongo dan para pendukungnya” setelah internet diputus dan diberlakukan jam malam.
Outlet media Prancis France 24, RFI dan TV5 Monde juga dilarang melakukan peliputan karena “kurangnya objektivitas dan keseimbangan sehubungan dengan pemilihan umum saat ini.
Berbagai langkah yang diambil pemerintah setelah pemilu itu telah menimbulkan kekhawatiran mengenai transparansi proses pemilu.
Bongo adalah kandidat Partai Demokrat Gabon (PDG), partai yang didirikan oleh ayahnya, Omar Bongo, yang memimpin Gabon dari tahun 1967 hingga 2009.
Setelah kematiannya, ia yang saat itu menjabat sebagai menteri pertahanan, menggantikannya sebagai presiden dan memiliki kekuasaan saat itu pula.
Baca Juga: Kudeta Niger: Diancam Intervensi Militer, Uranium Dicuri Prancis hingga Minta Bantuan Wagner Group
Sumber : Al Jazeera/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.