Pemerintah negara-negara Barat dan kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) mengkritik hasil pemilu tersebut yang dianggap tidak adil dan bebas karena partai oposisi utama dilarang berpartisipasi.
Hun Manet sendiri merupakan anak kedua dari PM Hun Sen. Ia lahir di Distrik Memot, Provinsi Kampong Cham pada 22 Oktober 1977.
Ia memiliki profil mentereng khusunya di kemiliteran Kamboja.
Hun Manet bergabung dengan Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja pada 1995, dan kemudian bergabun dengan Akademi Militer Amerika Serikat (AS) di West Point.
Ia lulus dari West Point pada Mei 1999, dan merupakan lulusan pertama yang berasal dari Kamboja.
Hun Manet menjadi Mayor Jenderal pada 2011, beberapa bulan setelah menjadi Wakil Komandan Tentara Kerajaan Kamboja dan Wakil Ketua Staf Gabungan Militer Kamboja.
Baca Juga: Gelombang Panas Landa Jambore Dunia, Ini Kata Jokowi soal Kondisi Kontingen Indonesia
Ia memainkan peranan penting pada negosiasi atas ketegangan terkait masalah perbatasan Kamboja-Thailand pada 2008.
Ia pun menjabat sebagai jenderal bintang empat pada 2018, dan disiapkan sebagai penerus Hun Sen sebagai PM jika sang ayah pensiun dari politik atau meninggal dunia.
Hun Manet sendiri menjadi kandidat pertama di Phnom Penh untuk Majelis Nasional pada pemilu 2023, sebuah syarat yang diperlukan untuk menjadi PM Kamboja.
Setelah diangkat sebagai PM, kabinet Hun Manet diyakini akan diisi oleh para anggota parlemen muda, termasuk anak bungsu Hun Sen, Hun Many.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.