Demikian pula, ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai cakupan program bantuan luar negeri yang dihentikan, hanya mengatakan program tersebut melibatkan "beberapa" kegiatan baru, dan mencatat AS telah menyumbangkan sekitar 3 miliar dolar AS untuk program-program tersebut dalam 30 tahun terakhir.
Departemen Luar Negeri AS mendorong CPP menggunakan masa jabatannya yang baru untuk mengembalikan "demokrasi multipartai yang sejati."
Kelompok advokasi regional, ASEAN Parliamentarians for Human Rights, mendesak semua negara demokrasi untuk mengecam pemilu tersebut.
"Kita harus menekan pemerintah Kamboja untuk mengakhiri segala bentuk penganiayaan politik dan segera serta tanpa syarat membebaskan tahanan politik," kata Eva Kusuma Sundari, mantan anggota parlemen Indonesia.
"Harus ada juga penyelidikan independen terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan ketidakberesan pemilu, dengan tujuan untuk memastikan pertanggungjawaban," tambahnya.
Dalam pemerintahan Hun Sen, Kamboja menjadi negara Asia Tenggara yang punya hubungan paling erat dengan Beijing, dan Kementerian Luar Negeri China hari Senin tidak menyebutkan adanya kekhawatiran terkait cara pemilu diadakan.
Baca Juga: Panitia Pemilu Kamboja Bersiap Menjelang Pemungutan Suara, Anak PM Hun Sen Segera Berkuasa
"Sebagai tetangga yang baik dan sahabat, kami mengucapkan selamat atas berlangsungnya pemilu nasional ke-7 di Kamboja," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, kepada para wartawan. "Kami yakin Kamboja akan mencapai lebih banyak prestasi dalam pembangunan nasional dan masa depan, memberikan lebih banyak manfaat bagi rakyatnya."
Dengan Partai Cahaya Lilin dilarang berpartisipasi, FUNCINPEC, sebuah partai royalis yang nama-namanya adalah singkatan bahasa Prancis untuk Front Nasional untuk Kamboja yang Independen, Netral, dan Kooperatif, mendapatkan keuntungan terbesar dari sentimen anti-CPP.
Setelah tidak berhasil meraih kursi dalam dua pemilu terakhir, partai tersebut berhasil meraih lima kursi hari Minggu yang tidak diperoleh oleh CPP.
Presiden partai, Norodom Chakravuth, mengatakan kepada Associated Press sebelum pemilu bahwa ia akan bersedia bekerja sama dengan CPP, tetapi "hanya jika mereka berlaku adil terhadap kami."
Astrid Norén-Nilsson, seorang pakar Kamboja dari Universitas Lund, Swedia, yang berada di Phnom Penh saat pemilu berlangsung, mengatakan bahwa FUNCINPEC akan diuntungkan dengan mengambil peran oposisi.
"Hal terbaik yang bisa dilakukan FUNCINPEC untuk membangun hal itu adalah dengan menjaga jarak yang paling besar mungkin dari CPP dan mengambil peran sebagai partai oposisi, bukan sebagai partai yang bekerja berdampingan dengan CPP," katanya kepada AP.
Juru bicara FUNCINPEC, Nhoeun Raden, mengatakan partainya masih mengumpulkan data dan belum memberikan komentar langsung mengenai hasil yang lebih baik dari yang diharapkan tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.