Jepang telah merencanakan akan membuang alir limbah nuklir itu pada musim panas ini.
Sebelumnya pada Jumat (8/7/2023), Bea Cukai China telah melarang impor makanan dan 10 prefektur Jepang termauk Fukushima akan tetap diterapkan.
Mereka juga akan memperkuat inspeksi untuk mengawasi adanya bahan radioaktif untyuk memastikan keamanan impor makanan Jepang ke China.
Persetujuan IAEA sendiri tak begitu meyakinkan bagi nelayan dan warga yang terdampak bencana kebocoran PLTN Fukushima pada 2011 lalu.
IAEA mengungkapkan tak ada opsi yang lebih baik untuk menangani penumpukan besar-besaran air limbah nuklir yang dikumpulkan sejak bencana.
“Kami telah melihat kebijakan dasar ini selama lebih dari dua tahun. Kami menilainya dengan standar paling ketat yang ada,” ujar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi.
Baca Juga: Jepang Mau Buang Air Limbah Nuklir ke Laut, China Larang Impor Makanan dari Jepang
“Kami merasa takin apa yang kami katakan, dan skema itu yang kami tawarkan,” tambahnya.
Bencana gempa dan tsunami Jepang pada 2011 membuat inti reaktor PLTN Fukushima mengalami overheat dan mengontaminasi air di fasilitas tersebut dengan material radioaktif berskala tinggi.
Sejak itu, air baru dipompa untuk mendinginkan puing-puing bahan bakar di dalam reaktor.
Air tanah dan air hujan juga bocor dan masuk ke area tersebut, menghasilkan lebih banyak air limbah radioaktif yang berukuran 1,32 juta metrik ton, cukup untuk mengisi lebih dari 500 kolam renang berukuran Olimpiade.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.