SEOUL, KOMPAS.TV - Diagnosis pakar matematika terkenal tentang terus anjloknya tingkat kelahiran Korea Selatan menjadi viral hari Kamis (15/6/2023). Dalam diagnosisnya, ia menganggap sebagian besar penyebab anjloknya tingkat kelahiran itu adalah Instagram yang penuh unggahan pamer.
Chung Seung-je, sang pakar matematika itu, membagikan pemikirannya tentang tingkat kelahiran yang merosot dalam sebuah video yang diunggah ke saluran YouTubenya, yang tampaknya berasal dari salah satu kuliahnya.
Ia memulai dengan pertanyaan, "Dulu orang Korea memiliki lebih banyak anak ketika mereka jauh lebih miskin. Sekarang kehidupan sudah jauh lebih baik, tapi mengapa orang memiliki anak lebih sedikit?"
Pertanyaan itu ia jawab sendiri seraya menyindir maraknya budaya flexing atau pamer di media sosial, khususnya Instagram.
"Pada masa kami muda, kami tidak mengenal makan malam omakase dan pergi bermain golf. Karena kami tidak punya Instagram," katanya merujuk kebiasaan konsumsi mewah yang mencolok.
Melansir Korea Herald, Jumat (16/6/2023), dalam rekaman video itu, Chung berpesan kepada murid-muridnya untuk tidak memercayai apa yang mereka lihat di Instagram.
"Jenis unggahan seperti ini membuat Anda berpikir bahwa orang lain lebih baik daripada Anda. Ini membuat Anda merasa seperti Anda satu-satunya yang tidak bahagia atau Anda tidak mampu mendidik anak sebagaimana orang lain melakukannya," kata dia dalam kuliahnya.
Baca Juga: Cowok Miskin Korea Selatan Mungkin Jomblo Tiada Anak Sampai Usia 40, Cowok Berduit Punya Segalanya
Pernyataan Chung, yang mengkhususkan diri dalam persiapan siswa untuk ujian masuk perguruan tinggi dan merupakan salah satu dosen dengan pendapatan tertinggi di Korea, mendapat tanggapan positif dari banyak pengguna online, terutama pasangan muda usia 20-an dan 30-an.
Salah satu pengguna Twitter, yang baru-baru ini menikah, berbagi, "Setiap kali saya melihat selebriti membesarkan anak mereka di apartemen mewah dengan pemandangan Sungai Han dan mengirim mereka ke taman kanak-kanak Inggris pribadi yang mahal, saya menjadi takut memiliki anak karena saya pikir saya tidak akan bisa memberikan sebanyak yang orang lain berikan untuk anak saya."
Tingkat kelahiran Korea turun dari 0,81 pada tahun 2021 menjadi rekor terendah baru yaitu 0,78 pada tahun 2022. Angka itu merupakan yang terendah di antara negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan.
Dalam sebuah rapat umum yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan pada bulan Maret, peserta berusia 20-an dan 30-an mengemukakan budaya perbandingan terus-menerus dengan orang lain sebagai salah satu alasan mengapa generasi muda enggan memulai keluarga dan memiliki anak.
Di antara alasan lain yang dikemukakan yang turut berkontribusi pada tingkat kelahiran yang rendah secara kronis di negara ini adalah kesulitan ekonomi, termasuk masalah perumahan, serta beban pengasuhan anak yang dihadapi oleh pasangan yang keduanya bekerja.
Sumber : The Korea Herald
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.