WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mendesak agar larangan kepemilikan senjata disahkan usai terjadinya penembakan Massal di Texas yang tewaskan sembilan orang.
Biden menuntut agar anggota Kongres Republikan untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) pengendalian senjata setelah kasus menyedihkan itu.
Sembilan orang, termasuk pelaku penembakan massal tewas pada traged di sebuah mal di Texas, Sabtu (6/5/2023).
Menurut dua pejabat senior penegak hukum, Minggu (7/5/2023), pelaku diketahui sebagai Mauricio Garcia, 33 tahun.
Baca Juga: Dituding Menghasut, Akhirnya Rasmus Paludan Pembakar Quran Bakal Ditangkap Kepolisian Swedia
Presiden Biden memperbarui seruannya untuk larangan senjata serbu, dan magasin berkapasitas tinggi.
Ia juga ingin diberlakukan pemeriksaan latar belakang universal dan mengakhiri kekebalan bagi produsen senjata.
Namun hanya ada sedikit kemungkinan DPR AS yang dikendalikan Partai Republik akan meloloskan RUU tersebut.
Padahal jajak pendapat menunjukkan sebagian besar orang Amerika mendukung pemeriksaan latar belakang.
“Serangan seperti itu secara mengejutkan sangat familiar. Dan komunitas Amerika telah didera 200 penembakan massal pada tahun ini, berdasarkan penghitungan,” kata Biden.
Pada tragedi di Mal Texas, Garcia membunuh delapan orang, termasuk anak-anak.
Ia juga melukai setidaknya tujuh orang, sebelum polisi menembak mati dirinya.
Baca Juga: Penembakan Massal di Mal AS Tewaskan 8 Orang, Pelaku Ditembak Mati Polisi
Menurut pejabat penegak hukum, Garcia berinteraksi dengan Neo-Nazi dan konten online supremasi kulit putih. Ia juga kerap memposting konten terkait hal tersebut.
Gaecia juga dilaporkan memiliki sejumlah akun media sosial, dan otoritas menemukan tambalan dengan akronim sayap kanan di dadanya.
Penegak hukum belum merilis rincian tentang identitas para korban.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.