WASHINGTON, KOMPAS.TV - Dalam kurun waktu enam hari terakhir, terjadi tiga penembakan di Amerika Serikat yang dipicu karena masalah sepele: muncul di tempat yang salah. Salah satu penembakan bahkan berakibat fatal.
Jenis kekerasan senjata semacam ini sering terjadi di Amerika Serikat, kata Jonathan Metzl, yang memimpin Departemen Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Vanderbilt. Penembakan tersebut menarik perhatian karena sangat ekstrem dan dalam urutan waktu yang sangat cepat.
Berikut ini adalah rangkuman dari ketiga peristiwa penembakan yang terjadi karena masalah sepele, namun berakibat fatal yang terjadi di Missouri, New York, dan Texas dalam seminggu terakhir.
Seorang Mahasiswa bernama Ralph Yarl, 16, salah masuk sebuah rumah ketika akan menjemput saudara kembarnya pada Kamis malam (13/4/2023). Alih-alih pergi ke 115th Terrace, dia malah masuk di rumah Andrew Lester yang berusia 84 tahun.
Lester, yang berkulit putih, menelepon polisi bahwa dia baru saja tidur ketika mendengar bel rumahnya berbunyi. Sebelum membuka pintu, dia mengambil senjata revolvernya. Lester mengatakan dia kemudian melihat Yarl, yang berkulit hitam, menarik pegangan pintu, yang kemudian dibantah Yarl.
Baca Juga: Penembakan Massal di Pesta Ulang Tahun di Alabama Tewaskan Empat Orang, Joe Biden Langsung Bereaksi
Lester mengatakan kepada polisi dia mengira remaja itu mencoba masuk ke rumahnya dan dia ketakutan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Lester menembak sebanyak dua kali.
Yarl mengatakan tembakan pertama mengenai kepalanya, menjatuhkannya ke tanah. Saat dia berbaring di sana, peluru kedua menembus lengannya. Yarl mengatakan kepada polisi bahwa dia melarikan diri ketika pemilik rumah berteriak, "Jangan datang ke sini!".
Lester didakwa melakukan penyerangan tingkat pertama pada hari Senin dan menyerahkan diri pada hari Selasa.
Beberapa pemimpin hak sipil telah menyerukan tuduhan kejahatan rasial atas kejadian ini. Namin Zachary Thompson, jaksa penuntut Clay County, mengatakan penyerangan tingkat pertama adalah kejahatan tingkat tinggi dengan hukuman yang lebih lama, hukumannya hingga penjara seumur hidup.
Sementara itu Yarl yang terluka kini dalam masa pemulihan di rumah. Ibunya, Cleo Nagbe, mengatakan bahwa trauma itu terlihat jelas. Dia mengatakan kepada co-host "CBS Mornings" Gayle King bahwa putranya sering merenung dan air mata mengalir dari matanya.
Kaylin Gillis, 20, sedang melakukan perjalanan melalui kota pedesaan Hebron dengan tiga orang lainnya pada Sabtu malam. Dia kemudian berniat datang ke sebuah rumah yang mereka pikir rumah teman yang mereka cari.
Namun di jalan masuk menuju rumah tersebut, mereka ditembak. Gilis dan teman-temannya mencoba memutar mobil ketika pemilik rumah, Kevin Monahan, 65, keluar ke beranda dan melepaskan dua tembakan. Satu tembakan mengenai Gillis dan membuatnya tewas.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.