"Investigasi mengungkapkan bahwa insiden itu terjadi di 'titik buta' kota tua yang tidak tercakup oleh kamera keamanan," kata pernyataan tersebut seperti dikutip dari The Associated Press.
Ahmad Tibi, seorang anggota parlemen Arab terkemuka di parlemen Israel, mengecam penyelidikan itu sebagai tindakan menutupi dan menuntut penyelidikan independen.
“Ini adalah departemen yang tidak kami percayai. Hasilnya sudah diketahui sebelumnya,” kata Tibi kepada The Associated Press.
“Kisah polisi tidak hanya tidak meyakinkan, tetapi penolakan mereka untuk mempublikasikan video apa pun dari insiden tersebut menegaskan kecurigaan kami, bahwa Mohammed dibunuh dengan darah dingin,” tambahnya.
Departemen Investigasi Pelanggaran Polisi, yang melakukan penyelidikan, sebelumnya telah mendapatkan kritik karena kerap gagal menyelidiki berbagai kasus.
Baca Juga: Penyelidik PBB: Menyangkut Warga Palestina yang Ditindas, Israel Tak Berhak Membela Diri
Laporan pengawas keuangan negara Israel dari tahun 2017 mengatakan departemen tersebut menutup sebagian besar kasus yang sedang dipertimbangkan pada tahap awal penyelidikan.
Pada 2015, 66% kasus yang dibawa ke departemen ditutup tanpa mempertanyakan petugas yang terlibat.
“Kami khawatir bahwa menutup kasus seperti ini akan menyebabkan lebih banyak penembakan, lebih banyak pembunuhan, dan lebih banyak korban jiwa,” kata Khaled Zabarqa, pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Yerusalem.
Kompleks masjid Al-Aqsa telah lama menjadi titik ketegangan Israel-Palestina. Pekan lalu, polisi Israel menggerebek masjid yang bertujuan untuk mengusir jemaah Palestina yang memicu kerusuhan di Yerusalem, Tepi Barat, dan sekitarnya.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.