WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) menetapkan obat penenang hewan Xylazine sebagai ancaman baru ketika dicampur dengan opioid kuat Fentanyl, sehingga membuka jalan untuk upaya lebih lanjut dalam menghentikan penyebaran xylazine.
Kantor Kebijakan Narkoba Nasional mengumumkan penunjukan tersebut pada Rabu, (12/4/2023), kali pertama kategori bahaya narkoba yang cepat berkembang digunakan sejak aturan tentang kategori narkoba itu diperbarui tahun 2019.
Dr. Rahul Gupta, direktur kantor kebijakan narkoba, mengatakan xylazine (dibaca sebagai ZAI'-luh-zeen) semakin umum digunakan di seluruh wilayah AS.
Obat ini terdeteksi dalam sekitar 800 kematian akibat narkoba di Amerika Serikat pada tahun 2020 - kebanyakan di kawasan Timur Laut.
Tahun 2021, obat ini dideteksi dalam lebih dari 3.000 kematian akibat narkoba, dengan jumlah terbanyak di wilayah Selatan, menurut laporan tahun lalu dari Badan Penegakan Narkoba.
"Kita tidak dapat mengabaikan apa yang kita lihat," kata Gupta. "Kita harus bertindak dan bertindak sekarang."
Baca Juga: Presiden Meksiko: Krisis Fentanyl di AS Disebabkan Kurangnya Pelukan dan Dekapan dalam Keluarga
Xylazine disetujui untuk digunakan pada hewan sejak tahun 1971. Terkadang dikenal sebagai "tranq", obat ini mulai muncul dalam pasokan obat terlarang yang digunakan oleh manusia dalam jumlah besar.
Diperkirakan obat ini ditambahkan ke obat lain untuk meningkatkan cuan para peramu dan pembuat narkoba.
Pejabat anti-narkoba AS berusaha memahami seberapa banyak yang berasal dari penggunaan pada hewan dan seberapa banyak yang dibuat secara ilegal.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.