PARIS, KOMPAS.TV – Para ilmuwan menemukan air di dalam manik-manik kaca kecil yang tersebar di bulan. Penemuan ini menunjukkan suatu hari air dalam manik-manik kaca itu dapat diekstraksi dan digunakan oleh “penjelajah masa depan”.
Bulan sudah lama diyakini kering, tetapi selama beberapa dekade terakhir beberapa misi menunjukkan keberadaan air, baik di permukaan maupun yang terperangkap di dalam mineral.
Manik-manik kaca kecil yang tersebar di permukaan bulan itu berpotensi mengandung miliaran ton air yang dapat diekstraksi dan digunakan oleh astronot dalam misi bulan di masa depan, kata para peneliti.
Penemuan ini dianggap sebagai salah satu terobosan paling penting bagi badan antariksa yang mengarahkan pandangan mereka untuk membangun pangkalan di bulan. Itu berarti terdapat kemungkinan tidak hanya ada sumber air yang sangat mudah diakses, tetapi juga hidrogen dan oksigen.
“Ini adalah salah satu penemuan paling menarik yang kami hasilkan,” kata Mahesh Anand, seorang profesor ilmu planet dan eksplorasi di Open University Inggris, seperti laporan Guardian, Senin (27/3/2023).
“Dengan temuan ini, potensi untuk menjelajahi bulan secara berkelanjutan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.”
Lebih dari setengah abad setelah manusia terakhir berjalan di bulan, NASA dan badan antariksa lainnya bersiap untuk kembali ke Bulan. Misi Artemis NASA bertujuan menempatkan perempuan pertama dan orang kulit berwarna pertama di bulan, sedangkan Badan Antariksa Eropa punya rencana untuk membangun sebuah desa di bulan. Keduanya berharap memanfaatkan material bulan untuk menopang pangkalan mereka di luar dunia.
Baca Juga: Dahsyat, China Rencanakan 60 kali Peluncuran ke Luar Angkasa Tahun 2023
Anand dan tim ilmuwan China menganalisis manik-manik kaca halus dari sampel tanah bulan yang dikembalikan ke Bumi pada Desember 2020 oleh misi China Chang'e-5.
Manik-manik kaca yang berukuran kurang dari satu milimeter, terbentuk ketika meteoroid menghantam bulan dan mengirimkan hujan tetesan cair. Ini kemudian mengeras dan bercampur menjadi debu bulan.
Pengujian pada partikel kaca mengungkapkan bahwa bersama-sama mereka mengandung air dalam jumlah besar, antara 300m dan 270 miliar ton di seluruh permukaan bulan.
“Ini akan membuka jalan baru yang selama ini banyak kita cari,” kata Anand.
"Jika Anda dapat mengekstraksi air dan memekatkannya dalam jumlah yang signifikan, terserah Anda bagaimana menggunakannya."
Petunjuk bahwa bulan mungkin bukan gurun yang sepenuhnya gersang, muncul dari misi sebelumnya. Pada 1990-an, pengorbit Clementine NASA menemukan bukti adanya air beku di dalam kawah curam di dekat kutub bulan. Pada tahun 2009, pesawat luar angkasa Chandrayaan-1 India melihat apa yang tampak seperti lapisan tipis air yang terikat di lapisan permukaan debu bulan.
Penelitian terbaru, yang dipublikasikan di Nature Geoscience, menunjuk pada manik-manik kaca halus sebagai sumber air permukaan tersebut. Tidak seperti air beku yang bersembunyi di kawah yang teduh secara permanen, ini seharusnya jauh lebih mudah diekstraksi oleh manusia atau robot yang bekerja di bulan.
Baca Juga: Mengintip Orel, Wahana Antariksa Rusia, Bisa Tekan Biaya Perjalanan ke Bulan Lebih Murah dari AS
"Ini tidak seperti menggoncang-goncang manik-manik kaca tersebut lalu airnya keluar, tapi ada buktinya bila suhu bahan ini di atas 100 derajat celsius akan mulai keluar dan bisa dipanen,” kata Anand.
Air tampaknya terbentuk ketika partikel berenergi tinggi yang mengalir dari matahari, yang disebut solar wind menghempas tetesan cair. Solar wind mengandung inti hidrogen, yang bergabung dengan oksigen dalam tetesan menghasilkan air atau ion hidroksil. Air kemudian terkunci di manik-manik, tetapi dapat dilepaskan dengan memanaskannya.
Tes lebih lanjut pada bahan menunjukkan air berdifusi masuk dan keluar dari manik-manik dalam jangka waktu beberapa tahun, mengkonfirmasikan siklus air aktif di bulan.
Menurut Prof Sen Hu, salah satu penulis senior studi di Chinese Academy of Sciences di Beijing, gelas tumbuk semacam itu dapat menyimpan dan melepaskan air pada batuan tanpa udara lainnya di tata surya.
“Pekerjaan ini menambah konsensus yang berkembang bahwa bulan lebih kaya air daripada yang diperkirakan sebelumnya,” kata Ian Crawford, profesor ilmu planet dan astrobiologi di Birkbeck, University of London.
“Reservoir air bulan tambahan ini dapat membuktikan sumber daya yang berguna di daerah yang jauh dari dugaan endapan es kutub, tetapi kita tidak boleh melebih-lebihkan jumlah air yang ada, yaitu paling banyak 130 ml per meter kubik tanah bulan.”
Sumber : Guardian/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.