WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemerintah Amerika Serikat mengajukan anggaran pertahanan spektakuler untuk tahun 2024, sejumlah USD886 miliar atau setara Rp13.600 triliun.
Angka itu dua per tiga nilai Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2022. Menurut Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia tahun 2022 yang dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai nilai Rp19.588,4 triliun.
Seperti dilaporkan Strait Times, Selasa (14/3/2023), anggaran pertahanan AS terbesar di masa damai yang diajukan oleh Presiden Joe Biden itu termasuk kenaikan gaji 5,2 persen untuk pasukan dan alokasi penelitian dan pengembangan terbesar sepanjang sejarah.
Perang Rusia di Ukraina menjadi alasan Pemerintah AS untuk meningkatkan pengajuan pengeluaran bagi pembelian senjata.
Permintaan Biden itu mengalokasikan USD842 miliar untuk Pentagon dan USD44 miliar untuk program terkait pertahanan di Federal Bureau of Investigation, Departemen Energi, dan lembaga lainnya. Jumlah total proposal anggaran 2024 adalah USD28 miliar lebih banyak dari anggaran USD858 miliar tahun lalu.
Seperti yang sering terjadi, Kongres memberi pertanda akan meningkatkan pengeluaran pertahanan di atas permintaan Biden selama proses anggaran yang berlangsung selama berbulan-bulan ini dimulai.
Senat dan Dewan biasanya melewati undang-undang yang menetapkan kebijakan dan tingkat pengeluaran untuk Pentagon jauh lebih lambat dalam tahun yang sama.
Kongres dan pemerintah keduanya memerhatikan kemungkinan perang panjang di Ukraina dan konflik potensial di masa depan dengan Rusia dan China.
“Tingkat keberhasilan terbesar kami, dan yang paling sering kami gunakan di sini, adalah memastikan kepemimpinan PRC China bangun setiap hari, mempertimbangkan risiko agresi, dan menyimpulkan, ‘hari ini bukanlah hari itu’,” kata Wakil Sekretaris Pertahanan AS, Kathleen Hicks, Senin (13/3/2023).
Baca Juga: Ukraina Diinvasi Rusia, Prancis Genjot Anggaran Pertahanan Jadi 400 Miliar Euro untuk 2024-2030
Hubungan antara Amerika Serikat dan China menjadi sangat kontroversial atas isu-isu yang berkisar dari perdagangan hingga spionase ketika kedua kekuatan semakin bersaing untuk memengaruhi wilayah yang jauh dari perbatasan mereka sendiri.
“Permintaan garis atas ini berfungsi sebagai titik awal yang berguna,” kata Senator AS Jack Reed, Ketua Komite Layanan Bersenjata Senat, ketika angka anggaran diumumkan pada hari Kamis.
Anggaran ini akan menjadi yang pertama untuk pengadaan rudal dan senjata lainnya dengan kontrak multitahun, sesuatu yang biasa dilakukan untuk pesawat dan kapal, saat Pentagon menunjukkan permintaan yang berkelanjutan kepada produsen senjata teratas seperti Raytheon Technologies Corp, Lockheed Martin Corp, dan Aerojet Rocketdyne Holdings Inc.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.