"Para ibulah yang membantuku mengidentifikasi mereka."
Tetapi Hasahya bahkan tidak dapat mengingat nama beberapa istrinya, dan harus berkonsultasi dengan salah satu putranya, Shaban Magino, seorang guru sekolah dasar berusia 30 tahun yang membantu menjalankan urusan keluarga dan merupakan salah satu dari sedikit anak yang mendapat pendidikan.
Untuk menyelesaikan perselisihan dalam pengaturan keluarga yang begitu besar, Hasahya mengatakan mereka mengadakan pertemuan keluarga bulanan.
Seorang pejabat lokal yang mengawasi Bugisa, sebuah desa berpenduduk sekitar 4.000 orang, mengatakan bahwa meskipun ada tantangan, Hasahya telah "membesarkan anak-anaknya dengan sangat baik" dan tidak ada kasus pencurian atau perkelahian misalnya.
Baca Juga: Sehidup Semati, Suami Guru yang Tewas di Penembakan SD Texas, Wafat Saat Siapkan Pemakaman Istri
Penduduk Bugisa sebagian besar adalah petani yang terlibat dalam pertanian tanaman skala kecil seperti padi, singkong, kopi, atau beternak sapi.
Banyak anggota keluarga Hasahya mencoba mendapatkan uang atau makanan dengan melakukan pekerjaan rumah untuk tetangga mereka, atau menghabiskan hari-hari mereka mencari kayu bakar dan air, seringkali berjalan jauh dengan berjalan kaki.
Yang di rumah duduk-duduk di pekarangan, ada yang perempuan menganyam tikar atau mengepang rambut, sementara yang laki-laki bermain kartu di bawah naungan pohon.
Ketika makan siang singkong rebus sudah siap, Hasahya melenggang keluar dari gubuk tempat dia menghabiskan sebagian besar harinya, dan memanggil dengan suara memerintah agar keluarga berbaris untuk makan.
"Tapi makanannya hampir tidak cukup. Kami terpaksa memberi makan anak-anak sekali atau dua kali pada hari baik," kata istri ketiga Hasahya, Zabina.
Dia berkata jika dia tahu dia punya istri lain, dia tidak akan setuju untuk menikah dengannya.
"Bahkan ketika saya datang dan pasrah pada nasib saya, dia membawa yang keempat, kelima sampai dia mencapai usia 12 tahun," tambahnya dengan putus asa.
Dua istrinya telah meninggalkan Hasahya, dan tiga lainnya sekarang tinggal di kota lain sekitar dua kilometer jauhnya karena rumahnya yang sesak.
Ketika ditanya mengapa menurutnya lebih banyak istrinya tidak meninggalkannya, Hasahya menyatakan, "Mereka semua mencintaiku, kamu lihat, mereka bahagia!"
Sumber : Kompas TV/Radio France International
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.