Beberapa orang mengatakan India juga akan menggunakan posisi barunya untuk meningkatkan kredensial iklimnya dan bertindak sebagai jembatan antara kepentingan negara industri dan negara berkembang.
India melakukan banyak langkah menuju tujuan iklimnya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi saat ini menjadi salah satu penghasil emisi gas pemanasan planet terbesar di dunia.
G20, yang terdiri dari ekonomi terbesar di dunia, memiliki kepresidenan bergilir dengan negara anggota berbeda yang bertanggung jawab atas agenda dan prioritas kelompok tersebut setiap tahun. Para ahli yakin India akan menggunakan “tahapan besar” kepresidenan G20 untuk memajukan rencana iklim dan pembangunannya.
Ketika Indonesia secara simbolis menyerahkan kursi kepresidenan kepada India di Bali bulan lalu dengan memberikan palu, Perdana Menteri Narendra Modi mengambil kesempatan untuk mempromosikan program tersebut. Ia mengatakan program tersebut dapat memberikan “kontribusi besar” dengan mengubah kehidupan berkelanjutan menjadi “gerakan massa”.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Resmi Tutup KTT G20, Serahkan Presidensi ke India.
India meningkatkan kredensial iklimnya, dengan target domestiknya baru-baru ini untuk beralih ke energi terbarukan yang lebih ambisius daripada tujuan yang diajukannya ke PBB sebagai bagian dari Perjanjian Paris, yang mengharuskan negara-negara untuk menunjukkan bagaimana mereka berencana membatasi pemanasan hingga target suhu. ditetapkan pada tahun 2015.
Banyak industrialis besar India banyak berinvestasi dalam energi terbarukan di dalam negeri maupun global, tetapi pemerintah India juga bersiap untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik berbasis batu bara dengan biaya $33 miliar selama empat tahun ke depan.
Pada konferensi iklim PBB bulan lalu, India, yang saat ini merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, mengusulkan penghentian semua bahan bakar fosil dan berulang kali menekankan perlunya mengubah pendanaan iklim global.
Negara tersebut mengatakan tidak dapat mencapai tujuan iklimnya dan mengurangi emisi karbon dioksida tanpa pendanaan yang jauh lebih banyak dari negara-negara kaya, sebuah klaim yang disengketakan oleh negara-negara tersebut.
Beberapa ahli mengatakan lebih dari $2 triliun diperlukan setiap tahun hingga tahun 2030 untuk membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi dan mengatasi dampak iklim yang memanas, dengan $1 triliun dari sumber domestik dan sisanya berasal dari sumber eksternal seperti negara maju atau bank pembangunan multilateral.
G20 juga akan mencermati cara alternatif untuk mendapatkan pendanaan iklim, kata para ahli. Kelompok tersebut berpotensi mengambil inisiatif Bridgetown yang diusulkan oleh perdana menteri Barbados, Mia Mottley, yang melibatkan pembukaan sejumlah besar uang dari bank pembangunan multilateral dan lembaga keuangan internasional untuk membantu negara beradaptasi dengan perubahan iklim dan transisi ke energi yang lebih bersih.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.