WASHINGTON, KOMPAS.TV - Gedung Putih menuding Korea Utara secara diam-diam mengirimkan peluru artileri dalam jumlah besar ke Rusia untuk mendukung invasi ke Ukraina, Rabu (3/11/2022).
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, Amerika Serikat (AS) yakin Korea Utara berusaha membuat pengiriman senjata itu seolah-olah ditujukan ke negara-negara di Timur Tengah atau Afrika Utara. Dia menolak untuk memberikan perkiraan spesifik tentang jumlah amunisi yang dikirim untuk mendukung upaya Rusia.
Kirby mengatakan Korea Utara secara diam-diam memasok amunisi ke Rusia, tetapi mereka masih memantau apakah kiriman itu benar-benar diterima Rusia.
Namun demikian, Gedung Putih tidak akan merinci moda transportasi apa yang digunakan untuk pengiriman senjata, atau apakah AS atau negara lain akan berusaha untuk melarang pengiriman ke Rusia.
Baca Juga: Armada Laut Hitam Diserang, Rusia Balas dengan Tembakan Rudal ke Infrastruktur Sipil
Gedung Putih mengungkapkan intelijen telah mengendus bahwa Kementerian Pertahanan Rusia sedang dalam proses pembelian jutaan roket dan peluru artileri dari Korea Utara dalam dua bulan terakhir. Senjata-senjata itu ditujukan untuk pertempuran yang sedang berlangsung di Ukraina.
"Kami tidak percaya bahwa mereka membeli senjata dalam jumlah sedemikian rupa, sehingga mereka akan mengubah arah perang ini atau secara nyata mengubah momentum baik di timur atau di selatan, di mana beberapa pertempuran terberat di Ukraina sedang berlangsung,” kata Kirby seperti dikutip dari The Associated Press.
Temuan itu muncul setelah pemerintah AS mengatakan militer Rusia menerima pengiriman ratusan drone buatan Iran untuk digunakan di medan perang di Ukraina pada Agustus lalu. Pemerintahan Biden mengatakan Iran juga telah mengirim personel ke Krimea yang dikuasai Rusia untuk memberikan dukungan teknis pada pengoperasian pesawat tak berawak.
Para pejabat Iran telah membantah bahwa mereka telah memberikan drone atau dukungan senjata lain ke Rusia.
Korea Utara telah berusaha untuk mempererat hubungan dengan Rusia karena sebagian besar negara-negara Barat telah menarik diri dari Rusia. Korea Utara menyalahkan Amerika Serikat atas krisis Ukraina dan mengecam “kebijakan hegemonik” Barat sebagai pembenaran tindakan militer oleh Rusia di Ukraina untuk melindungi dirinya sendiri.
Korea Utara telah menunjukkan minat untuk mengirim pekerja konstruksi untuk membantu membangun kembali wilayah yang diduduki Rusia di timur Ukraina.
Baca Juga: Korea Utara dan Korea Selatan Makin Panas, Saling Tembak Rudal ke Perairan yang Disengketakan
Duta Besar Korea Utara untuk Moskow telah bertemu dengan utusan dari dua wilayah separatis yang didukung Rusia di wilayah Donbas Ukraina dan menyatakan optimisme tentang kerja sama di bidang migrasi tenaga kerja.
Pada bulan Juli, Korea Utara menjadi satu-satunya negara selain Rusia dan Suriah yang mengakui kemerdekaan wilayah, Donetsk dan Luhansk, yang selanjutnya bersekutu dengan Rusia atas konflik di Ukraina.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.