NEW DELHI, KOMPAS.TV - Aryan, seorang bocah 11 tahun asal Aligarh, negara bagian Uttar Pradesh, India menyaksikan ibunya dibakar hidup-hidup oleh ayah dan kakek-neneknya ketika masih berusia empat tahun. Bertahun-tahun kemudian, berkat kesaksiannya, kedua pelaku divonis penjara seumur hidup oleh pengadilan.
Melansir The Guardian, Rabu (26/10/2022), tindak pidana ini terjadi pada 2015. Pangkal masalahnya adalah perselisihan soal mahar, sesuatu yang membuat ribuan perempuan India dibunuh, seringkali oleh keluarga sendiri.
Amar Singh Tomar, seorang pengacara di pengadilan distrik tempat kasus itu disidangkan, menyebut ibu Aryan, Sadhna dilarikan ke rumah sakit dengan tubuh hampir 100% terbakar. "Hanya wajahnya yang tersisa," kata Amar.
"Untungnya, dokter segera memanggil polisi ke rumah sakit tepat waktu untuk dia memberi pernyataan menuduh suami dan kedua mertua membakarnya. Dia mati beberapa menit kemudian," sambung Amar.
Keterangan yang kuat membuat suami sekaligus kedua mertua Sadhna, Ashok Singh, Munnalal Singh, dan Savitri Singh diseret ke pengadilan. Sidang terhadap mereka dimulai pada 2020, ketika Aryan berusia sembilan tahun.
Baca Juga: Imigran dan Keturunan India, Ini Perjalanan Rishi Sunak yang Kini Jadi PM Inggris
Kasus ini pun didukung oleh kesaksian orang tua Sadhna. Mereka menyebut Sadhna disiksa dan dipukuli, disuruh meminta sepeda motor dan uang senilai sekitar Rp18 juta kepada besan keluarga Singh.
Akan tetapi, kesaksian paling kuat datang dari Aryan yang menyaksikan ibunya dibakar hidup-hidup. Waktu itu, ia berada di dalam rumah ketika ayah serta kakek-neneknya menganiaya sang ibu. Sedangkan kakak perempuannya sedang tidak berada di rumah.
Para pelaku tidak mengusir Aryan dari ruangan ketika menyiksa dan membunuh Sadhna.
Di pengadilan, Amar menyebut Aryan memberikan kesaksian dengan tenang kendati dituduh kuasa hukum pelaku bahwa ia mengarang cerita bersama kakek-neneknya dari pihak ibu.
"Aryan bicara ke pengadilan bahwa ayahnya pulang dalam kondisi mabuk dan mulai memukuli ibu. Kakek-neneknya kemudian ikut-ikutan," kata Amar.
"Kemudian, mereka mengambil minyak tanah dari dapur, lalu menyiramkannya ke ibu. Kakeknya berkata: 'Ayo, nyalakan koreknya!' kepada ayah Aryan. Dia (Aryan) melihat itu semua. Dia melihat ibunya dibakar hidup-hidup ketika ia masih begitu belia," sambungnya.
Aryan sendiri melalui serangkaian proses sebelum ditetapkan layak menjadi saksi. Di India, jarang ada anak kecil yang dihadirkan sebagai saksi di pengadilan.
Sebagaimana ditetapkan hukum India, Aryan harus membuktikan diri mampu memahami pertanyaan, memberi jawaban rasional, dan menunjukkan bahwa dia dapat memahami pentingnya memberi jawaban jujur.
"Dia (Aryan) ditanyai soal masa lalunya, sekolahnya, teman-teman, dan gurunya, di mana dia tinggal, di mana keluarganya tinggal, dan pertanyaan soal pengetahuan umum lain untuk memastikan bahwa ia bisa menjadi saksi kredibel," kata Amar.
Sejak pembunuhan sang ibu, Aryan tinggal bersama kakek-neneknya dari pihak ibu. Berkat kesaksiannya, para pelaku pembunuhan sang ibu dihukum penjara seumur hidup.
Baca Juga: Bertaruh Nyawa demi Cinta Beda Agama di Tengah Kekuasaan Nasionalis Hindu India
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.