LONDON, KOMPAS.TV — Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Minggu, (23/10/2022) mengumumkan ia tidak akan mencalonkan diri untuk memimpin Partai Konservatif, sebagai langkah kembali ke jabatan perdana menteri. Boris digulingkan lebih dari tiga bulan yang lalu.
Penarikan diri Boris Johnson dari kompetisi internal Partai Konservatif Inggris atau Tory membuat mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak menjadi favorit terkuat untuk menjadi perdana menteri Inggris berikutnya, yang ketiga tahun ini, saat gejolak politik dan tantangan ekonomi makin parah. Sunak bisa memenangkan kontes hari Senin, (24/10/2022)
Johnson, yang digulingkan pada bulan Juli lalu di tengah skandal etika, secara luas diperkirakan akan mencalonkan diri untuk menggantikan Liz Truss, yang mengundurkan diri minggu lalu setelah paket ekonomi pemotongan pajaknya menyebabkan gejolak di pasar keuangan, dengan cepat menghancurkan otoritasnya di dalam partai dan pemerintahan.
Johnson menghabiskan akhir pekan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari sesama anggota parlemen Konservatif setelah terbang kembali dari liburan di Karibia dan mengadakan pembicaraan dengan dua pesaing lainnya, Rishi Sunak dan Penny Mordaunt.
Minggu malam dia mengklaim berhasil mengumpulkan dukungan dari 102 rekan anggota parlemen partai konservatif, lebih dari ambang batas 100 yang dibutuhkan untuk membuat pemungutan suara anggota parlemen hari Senin.
Tapi dia jauh di belakang Sunak dalam angka dukungan, dan menyimpulkan "Anda tidak dapat memerintah secara efektif kecuali Anda memiliki partai yang bersatu di Parlemen."
Prospek kembalinya Johnson melemparkan Partai Konservatif yang sudah terpecah ke dalam kekacauan lebih lanjut.
Baca Juga: Publik Inggris Tidak Memilih Langsung Perdana Menteri, Inilah Cara Inggris Pilih Kepala Pemerintahan
Dia memimpin partai itu meraih kemenangan pemilu yang menggemparkan tahun 2019, tetapi jabatan perdana menterinya diliputi oleh skandal uang dan etika yang akhirnya menjadi terlalu berat untuk ditanggung partai.
Dalam pernyataannya hari Minggu, Johnson bersikeras dia "ditempatkan dengan baik untuk memberikan kemenangan Konservatif" dalam pemilihan nasional berikutnya, yang dijadwalkan tahun 2024.
Boris mengatakan kemungkinan akan memenangkan pemungutan suara anggota Partai Konservatif melawan salah satu dari saingannya.
"Tetapi dalam beberapa hari terakhir saya dengan sedih sampai pada kesimpulan bahwa ini bukan hal yang benar untuk dilakukan," katanya.
"Oleh karena itu saya khawatir yang terbaik adalah saya tidak meneruskan pencalonan saya untuk maju dan memberikan dukungan saya kepada siapa pun yang berhasil."
Tetapi dia mengisyaratkan mungkin akan kembali, dengan mengatakan: "Saya yakin saya memiliki banyak hal untuk ditawarkan tetapi saya khawatir ini bukan waktu yang tepat."
Setelah Truss mundur pada hari Kamis, Partai Konservatif buru-buru memerintahkan pemilihan internal yang bertujuan untuk menyelesaikan nominasi pada hari Senin untuk mengangkat perdana menteri baru, yang ketiga tahun ini, dalam waktu satu minggu.
Baca Juga: Mantan Menkeu Rishi Sunak Unggul dalam Pemilihan PM Inggris, Boris Johnson Bergerak Menyaingi
Kandidat favorit saat ini adalah Rishi Sunak, yang mendapat dukungan dari lebih dari 140 anggota parlemen, menurut penghitungan tidak resmi.
Mordaunt didukung oleh kurang dari 30 orang
Jika keduanya memberikan suara, 357 anggota parlemen Konservatif akan mengadakan pemungutan suara indikatif pada hari Senin untuk menunjukkan preferensi mereka sebelum pilihan jatuh ke 172.000 anggota partai di seluruh negeri.
Jika Mordaunt tidak mencapai 100 nominasi, Sunak akan menang secara aklamasi.
Sunak, 42, adalah runner-up setelah Truss dalam pemilihan kepemimpinan Partau Konservatif Tory musim panas tahun untuk menggantikan Johnson.
Hari Minggu, (23/10/2022) dia memastikan akan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan terbaru.
"Akan ada integritas, profesionalisme dan akuntabilitas di setiap tingkat pemerintahan yang saya pimpin dan saya akan bekerja hari demi hari untuk menyelesaikan pekerjaan," kata Sunak dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Kisah Meroket dan Jatuh Gedubraknya Liz Truss, Perdana Menteri Inggris dengan Masa Jabatan Terpendek
Johnson memutuskan batal mencalonkan diri hanya beberapa jam setelah sekutunya bersikeras dia akan mencalonkan diri.
Tokoh partai konservatif Jacob Rees-Mogg mengatakan kepada BBC pada hari Minggu bahwa dia berbicara dengan Johnson dan "jelas dia akan mencalonkan diri" setelah terbang kembali ke London hari Sabtu dari liburan di Republik Dominika.
Tetapi menteri Irlandia Utara Steve Baker, mantan pendukung Johnson dan politisi berpengaruh di Partai Konservatif, memperingatkan kembalinya Johnson akan menjadi "jaminan terjadinya bencana"
Baker mencatat Johnson masih menghadapi penyelidikan apakah dia berbohong kepada Parlemen saat menjabat, perkara pelanggaran pembatasan virus corona pemerintahnya sendiri pada pesta di Downing Street.
Jika terbukti bersalah, Johnson bisa diskors sebagai anggota parlemen.
"Ini bukan waktunya untuk Boris dan gayanya," kata Baker kepada Sky News hari Minggu.
Baca Juga: Enam Pekan Memimpin, PM Inggris Liz Truss Mengundurkan Diri! Ini Alasannya...
"Apa yang tidak bisa kita lakukan adalah menjadikannya sebagai perdana menteri dalam keadaan di mana dia pasti akan meledak, menjatuhkan seluruh pemerintahan ... dan kita tidak bisa melakukannya lagi." tegas Baker.
Truss mundur hari Kamis setelah 45 hari yang bergejolak, mengakui bahwa dia tidak dapat memenuhi mandat karena gagalnya paket ekonomi pemotongan pajaknya mendapat dukungan yang kemudian kebijakan itu terpaksa dibatalkan sekaligus mencopot menteri keuangannya Kwasi Kwarteng.
Hal itu langsung memicu kemarahan di dalam partainya dan berminggu-minggu kekacauan di pasar keuangan.
Rishi Sunak yang menjabat Menteri Keuangan dari 2020 hingga musim panas ini, memimpin penyelamatan ekonomi Inggris melalui badai pandemi virus corona. Dia berhenti pada bulan Juli sebagai protes atas kepemimpinan Johnson.
Dalam kontes musim panas untuk menggantikan Johnson, Sunak menyerukan janji Truss dan saingan lainnya untuk segera memotong pajak "khayalan" yang sembrono dan berpendapat inflasi yang melonjak harus dikendalikan terlebih dahulu.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.