LONDON, KOMPAS.TV — Sebuah pepatah Inggris mengatakan, rentang waktu satu minggu adalah masa yang sungguh lama dalam politik. Liz Truss membuktikannya pada Kamis (20/10/2022), ketika dia menjadi perdana menteri Inggris dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah, seperti dilansir Associated Press, Jumat (21/10).
Dalam hitungan hari, rencana ekonomi Truss yang membuat pasar global gelisah dan pengunduran diri menteri-menteri utamanya memicu desakan dari dalam partainya sendiri agar Truss mundur.
Perombakan kepemimpinan bukanlah hal aneh dalam sejarah Partai Konservatif Inggris, yang masalah terakhirnya meledak setelah membara bertahun-tahun.
Inilah garis waktu konflik, pergolakan politik dan saling cakar di internal Partai Konservatif Inggris.
Baca Juga: Lima Nama Ini Digadang-gadang Gantikan Liz Truss sebagai PM Inggris, Termasuk Boris Johnson
Beberapa pengamat menyebut, bibit krisis kepemimpinan Partai Konservatif saat ini muncul saat meributkan Uni Eropa pada masa kepemimpinan Cameron tahun 2010-2016.
Perdana menteri pro-Uni Eropa itu memutuskan untuk menyelesaikan perdebatan dengan menyerukan referendum nasional tentang keanggotaan Inggris di blok tersebut.
Dengan hampir 52 persen suara mendukung Inggris keluar Uni Eropa dan 48 persen untuk tetap berada di Uni Eropa, referendum 2016 menghasilkan Brexit yang ternyata memecah belah. Hal itu juga yang membuat Cameron mengundurkan diri.
Baca Juga: Boris Johnson Dilaporkan Mulai Kasak-kusuk Ingin Come Back Jadi PM, Drama Politik Inggris Makin Seru
Theresa May menggantikan Cameron sebagai pemimpin Konservatif dan perdana menteri dengan mandat untuk "mewujudjan Brexit", atau mengawal keputusan mundurnya Inggris dari Uni Eropa.
Theresa May menjabat selama tiga tahun dan 11 hari, pada saat hengkangnya Inggris dari Uni Eropa masih tertunda.
House of Commons atau parlemen majelis rendah tiga kali menolak kesepakatan penarikan mundur Inggris dari Uni Eropa yang dinegosiasikan pemerintah Theresa May dengan Uni Eropa.
Masa itu adalah waktu yang penuh gejolak, terjepit frustrasi di Brussel dan perselisihan di Westminster.
Menyusul serangkaian pengunduran diri terkait Brexit dari pemerintahannya dan di bawah tekanan dari dalam partainya, May akhirnya mengundurkan diri.
Baca Juga: Pidato Pengunduran Diri PM Inggris Liz Truss, Singgung Ulah Putin di Ukraina
Pada Juli 2019, juru kampanye Brexit Boris Johnson menjadi perdana menteri ketiga Inggris hanya dalam waktu tiga tahun.
Johnson membuat Brexit akhirnya terjadi pada Januari 2020 setelah empat tahun pertengkaran internasional.
Munculnya pandemi virus corona beberapa minggu kemudian membuat Inggris kembali terjebak masalah.
Johnson dituduh bergerak terlalu lambat untuk membatasi perjalanan, membuat program uji dan lacak yang efektif, dan mengantisipasi perlindungan bagi lansia yang rentan.
Meskipun Johnson mendapat pujian atas peluncuran cepat program vaksinasi nasional, pembatasan ketat pada sektor usaha, acara publik, dan pertemuan pribadi yang pada akhirnya diberlakukan oleh pemerintah akhirnya menjadi alasan tergulingnya Boris Johnson.
Foto dan akun saksi muncul menunjukkan Johnson dan pejabat pemerintah melanggar aturan Covid-19 tentang pelarangan pertemuan sosial selama pandemi.
Bulan April tahun ini, Johnson menerima pemberitahuan bahwa dirinya mendapat hukuman karena menghadiri satu pertemuan semacam itu.
Boris Johnson adalah perdana menteri Inggris pertama yang dihukum karena melanggar hukum.
Skandal itu, yang dijuluki "partygate" oleh pers Inggris, memicu gelombang rasa jijik di seluruh Inggris, terutama di antara mereka yang tidak diizinkan menghadiri pemakaman orang-orang terkasih yang meninggal selama pandemi.
Meskipun Johnson selamat dari mosi tidak percaya atas hal itu, namun saat terungkap pada bulan Juli bahwa ia menunjuk seorang wakil kepala whip yang terlibat kasus penyalahgunaan, akhirnya memicu gelombang pengunduran diri jajaran menteri.
Ahirnya peristiwa itu membuat Johnson kehilangan pekerjaannya.
Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya pada 7 Juli.
Baca Juga: Makin Parah, Jutaan Warga Inggris Kurangi Frekuensi Makan Tiap Hari akibat Krisis Ekonomi dan Energi
Sekutu Johnson dan mantan Menteri Luar Negeri Liz Truss mengungguli mantan menteri Keuangan Rishi Sunak pada bulan September untuk menjadi perdana menteri perempuan ketiga Inggris, dan pemimpin terakhir yang bertemu dengan mendiang Ratu Elizabeth II.
Namun, Truss kemungkinan akan diingat karena masa jabatannya paling pendek dalam sejarah modern Inggris.
Truss tercatat hanya menjabat selama 44 hari, dan kejatuhannya berlangsung secepat kilat.
Paun, mata uang Inggris, jatuh setelah pengumuman anggaran mininya, yang termasuk miliaran paun kebijakan pemotongan pajak yang tidak didanai.
Untuk mencegah kerusakan, Truss memutar balik kebijakan pajak utama dan mengganti menteri keuangannya.
Tetapi pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Suella Braverman hari Rabu, yang mundur dengan kritik tajam terhadap bosnya, memicu semburan dari Tory atau Partai Konservatif agar Truss juga mengundurkan diri.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.