KIEV, KOMPAS.TV - Kepala Staf Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak mengungkapkan Ibu Kota Kiev diserang oleh drone "kamikaze" pada Senin (17/10/2022) pagi.
Insiden itu diketahui usai terdengar beberapa ledakan di Distrik Shevchenkivsky yang berada di pusat ibu kota Ukraina.
"Rusia berpikir itu akan membantu mereka, tetapi itu justru menunjukkan keputusasaan mereka," kata Yermak optimis, di media sosial.
Diberitakan Kompas TV, serangan Rusia tersebut memanfaatkan drone ringan penebar bom buatan Iran yang dinamai Shaded. Drone kamikaze itu memiliki ukuran kecil, dan bisa menyerang target dalam jumlah besar.
Baca Juga: Rusia Kembali Serang ke Kiev dengan Drone Iran, Sebabkan Sejumlah Ledakan
"Mirip segerombolan tawon dari neraka yang harganya murah," seperti dilaporkan Associated Press.
Drone itu dianggap sebagai salah satu cara Rusia untuk memperkuat serangan mereka ke Ukraina. Serangan itu juga sekaligus menyebarkan teror yang bisa merusak tekad hingga nyali tentara dan warga sipil.
Kecepatan drone kamikaze itu disebut bisa melampaui rudal sebagai senjata jarak jauh.
Serbuan drone shaded memiliki banyak tujuan seperti menghancurkan target utama, menghancurkan moral, dan pada akhirnya menguras nyali dan senjata perang musuh saat mereka mencoba bertahan dalam perlawanan.
Cara kerja drone Shaded atau Geran-2
Iran menamai drone tersebut Shaded yang diganti oleh Rusia sebagai Geran-2. Drone Geran-2 Rusia dikemas dengan bahan peledak dan diprogram untuk berkeliaran di langit sebelum menukik ke sasaran dengan kecepatan tinggi.
Publikasi daring Ukraina Defense Express, yang mengutip data Iran, drone itu memiliki bagian sayap sepanjang 3,5 meter, lebar 2,5 meter dan berat sekitar 200 kilogram.
Baca Juga: Mesra dengan Israel, Maroko Jadi Negara Afrika Pertama Penghasil Drone Berkat Bantuan Negara Zionis
Menggunakan mesin 50-tenaga kuda, Geran-2 memiliki kecepatan tertinggi hingga 185 km per jam.
Rekan senior di lembaga think tank Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington, Behnam Ben Taleblu menjelaskan drone itu sempat dikerahkan di Yaman dalam serangan kapal tanker minyak yang mematikan tahun lalu.
Ben menerangkan drone itu memiliki jangkauan sekitar 1.000 kilometer, untuk pergi dan tidak kembali.
Diberitakan sebelumnya Wali Kota Kiev Vitali Klitschko, mengungkapkan sebanyak 28 drone Rusia membuat gelombang serangan berturut-turut.
Pesawat tanpa awak itu dibedilkan dari peluncur truk secara berurutan, drone dapat terbang rendah dan lambat, sehingga lebih mampu menghindari deteksi radar.
Mereka juga dapat mengerumuni target, membanjiri pertahanan terutama di wilayah sipil.
Namun,menurut peneliti di Institut Nasional untuk Studi Strategis Ukraina, Mykola Bielieskov drone Shahed hanya membawa muatan peledak 40 kilogram.
Artinya jika dibandingkan dengan kekuatan ledakan yang dimiliki rudal konvensional seberat 480 kilogram, hulu ledak dapat dikirim pada jarak yang jauh lebih jauh.
“Sulit untuk menghantam target serius dengan drone seperti itu,” kata Bielieskov.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.