WASHINGTON, KOMPAS.TV — Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada polisi moral Iran dan para pemimpin lembaga pemerintah lainnya setelah kematian seorang perempuan yang ditahan atas tuduhan melanggar aturan berpakaian negara dengan mengenakan penutup kepala Islami yang terlalu longgar.
Seperti laporan Associated Press, Kamis (22/9/2022), sanksi Amerika Serikat itu dijatuhkan setelah setidaknya sembilan pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Iran sejak kekerasan meletus selama akhir pekan karena kematian perempuan muda itu.
Kantor Pengawasan Aset Asing Departemen Keuangan juga menunjuk para pemimpin Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran, Angkatan Darat, Pasukan Perlawanan Basij dan lembaga penegak hukum lainnya untuk terkena sanksi, yang akan menutup akses mereka dari properti dan rekening bank mereka di Amerika Serikat.
"Para pejabat ini mengawasi organisasi yang secara rutin menggunakan kekerasan untuk menekan pengunjuk rasa damai dan anggota masyarakat sipil Iran, pembangkang politik, pegiat hak-hak perempuan, dan anggota komunitas Baha'i Iran," kata Departemen Keuangan dalam rilis beritanya.
Polisi moral pekan lalu menahan Mahsa Amini, 22 tahun, dengan alasan tidak menutupi rambutnya dengan jilbab, yang dikenal sebagai hijab, yang wajib bagi perempuan Iran. Amini pingsan di kantor polisi dan meninggal tiga hari kemudian.
Polisi mengatakan dia meninggal karena serangan jantung dan menyangkal bahwa Mahsa Amini dianiaya. Pemerintah merilis rekaman video yang dimaksudkan untuk menunjukkan saat dia pingsan.
Keluarganya mengatakan dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung, dan kematiannya dalam tahanan polisi kemudian memicu demonstrasi berani dari pengunjuk rasa yang mayoritas kaum perempuan, dalam menghadapi pemukulan dan kemungkinan penangkapan.
Baca Juga: Iran Disapu Protes dan Murka Kaum Perempuan terhadap Polisi Moral, Inilah Satuan Tersebut
Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan Amerika Serikat menyerukan kepada pemerintah Iran "untuk mengakhiri kekerasannya terhadap perempuan dan tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap kebebasan berekspresi dan berkumpul."
"Mahsa Amini adalah seorang perempuan pemberani yang kematiannya dalam tahanan Polisi Moralitas merupakan tindakan brutal lainnya oleh pasukan keamanan rezim Iran terhadap rakyatnya sendiri," kata Yellen.
Kematian Amini mendorong warga Iran untuk turun ke jalan-jalan di Teheran dan bagian lain negara itu.
Baca Juga: Penasihat Biden: Kami Tak Terkejut Gelombang Kerusuhan Melanda Iran, Kebijakannya Tak Sesuai HAM
Banyak orang Iran, terutama kaum muda, melihat kematian Amini sebagai bagian dari pemolisian perbedaan pendapat yang keras di Republik Islam dan polisi moralitas, atas perlakuan yang semakin kejam terhadap perempuan muda.
Seorang penyiar di televisi pemerintah Iran menyatakan jumlah korban tewas dari protes massal bisa mencapai 17, tetapi dia tidak mengatakan bagaimana mencapai angka itu.
Iran menghadapi kecaman global atas kematian Amini, dengan kantor hak asasi manusia PBB menyerukan penyelidikan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.