MANILA, KOMPAS.TV - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menolak ayahnya disebut diktator hanya karena menerapkan darurat militer saat menjabat sebagai presiden.
Hal itu dilaporkan Associated Press yang menukil transkrip wawancara Marcos Jr bersama pembawa acara dan aktris Toni Gonzaga, di ALL TV, melalui sekretaris pers negara.
Ketika ditanya apakah sebutan "putra diktator" bakal berpengaruh dalam pemerintahannya saat ini, Marcos Jr menjawab, "Tidak. Akan menyakitkan bagi saya jika mereka benar, tetapi mereka salah."
"Berapa kali saya berada di sini, di ruangan ini, di mana ayah saya berkonsultasi dengan kelompok yang berbeda pandangan," ujar Marcos Jr, di istana kepresidenan Malacanang, Manila.
"Seorang diktator tidak berkonsultasi. Seorang diktator hanya mengatakan, inilah yang akan Anda lakukan, apakah Anda suka atau tidak suka," tegasnya.
Baca Juga: Jokowi Bertemu Presiden Filipina Ferdinan Marcos Junior, Ini 5 Sektor Kerja Sama yang Diperkuat
Ferdinad Marcos Sr, sang ayah, memiliki nama yang identik dengan putranya, tanpa embel-ember Jr. Marcos Sr memerintah Filipina kurang lebih 21 tahun, sejak 1965 hingga 1986.
Setahun sebelum masa jabatan pertamanya berakhir, Marcos memberlakukan darurat militer di wilayah pimpinannya, tepat pada 1972.
Ia membubarkan kongres, memberedel surat kabar, dan memerintahkan penangkapan terhadap lawan politik serta aktivis, berlandaskan dekrit yang dibikin sendiri.
Marcos Jr menegaskan, kebijakan ayahnya saat itu amat penting bagi Filipina, guna meredam pemberontakan muslim dan komunis.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.