Ada seorang warga yang kebetulan memiliki restoran Indonesia, masih kata Rina, biasanya menjadi penampungan sementara nelayan Indonesia yang kapalnya terbawa angin hingga ke pulau ini.
Tidak mengherankan jika solidaritas sesama WNI itu cepat terbangun di Mauritius.
"Begitu kami menyiapkan acara ini, langsung saja banyak yang ikut bergabung,“ kata Nurul.
Biaya ditanggung bersama, dan makanan disiapkan masing masing dari rumah. "Kita bagi-bagi, siapa masak ini, siapa masak itu,“ kata Nurul.
Tiap tahun, meskipun sederhana, mereka selalu merayakan 17 Agustusan.
Mauritius masuk 'wilayah kekuasaan' Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Antanarivo, yang membawahi Madagaskar, Mauritius, Seychelles, dan Uni Komoro.
"Saya kurang tahu apakah ada perayaan serupa di tempat lain. Tetapi di Madagaskar ada upacara bendera," kata Rina.
Salman Al Farisi, Dubes RI untuk Madagaskar, Mauritius, Seychelles, dan Komoro, bangga dengan semangat kebersamaan WNI di Mauritius.
"Saya bangga dengan semangat gotong royong mereka merayakan kemerdekaan RI ke-77. Jiwa kebangsaan dan nasionalismenya patut diapresiasi, “ kata Salman.
Baca Juga: Gol Evan Dimas Bawa Indonesia Menang 1-0 atas Mauritius
Saat ini, sebagaimana dikatakan Benny Siahaan, Kuasa Usaha Tetap RI di Madagaskar, tercatat ada 150 WNI menetap di Mauritius, jumlah yang sangat kecil dibanding penduduk pulau itu yang mencapai 1,2 jutaan jiwa.
Mauritius dulunya dihuni suku Arab dan Melayu. Lalu sempat dikuasai Portugis, Belanda, Prancis, dan terakhir Inggris. Merdeka tahun 1968, Mauritius dikenal sebagai tempat tetirah.
(Penulis: Krisna Diantha)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.