Kasusnya menjadi sorotan selama pertempuran Gaza terbaru.
Militan Gaza menuntut pembebasannya sebagai bagian dari gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran.
Awawdeh, seorang ayah empat anak berusia 40 tahun, ditangkap oleh Israel pada bulan Desember, dituduh sebagai anggota kelompok militan, tuduhan yang dibantah oleh pengacaranya.
Baca Juga: Gaza Memanas, Rusia Minta Gencatan Senjata Dikembalikan dan Dukung Palestina Merdeka
Baru-baru ini, dia menggunakan kursi roda dan menunjukkan gejala hilang ingatan dan kesulitan berbicara, menurut pengacaranya, Ahlam Haddad.
Dalal Awawdeh, istri Khalil, mengatakan kondisinya memburuk, mendorong pihak berwenang Israel untuk memindahkannya ke rumah sakit.
Dr Lina Qasem dari organisasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia mengatakan hari Kamis setelah bertemu Awawdeh bahwa kondisinya "sangat buruk" dan bahwa dia hanya minum air dan menolak tambahan vitamin, garam dan gula.
"Dia menderita kelemahan yang sangat ekstrem," katanya, menambahkan bahwa Awawdeh mengatakan dia akan melanjutkan mogok makan sampai dia dibebaskan dari tahanan, tetapi meminta tim medis melakukan apa yang diperlukan untuk menyelamatkan hidupnya karena dia tidak ingin mati.
Prospek pembebasan Awawdeh di bawah gencatan senjata statusnya tidak pasti.
Tetapi kasusnya menyoroti penderitaan ratusan warga Palestina yang ditahan oleh Israel di bawah sistem yang menurut para kritikus menyangkal hak mereka untuk proses hukum, yang dikenal sebagai penahanan administratif.
Baca Juga: Kemlu RI Tegur Dubes Ukraina gara-gara Singgung Indonesia yang Kecam Israel Lewat Cuitan di Twitter
Kondisi yang memburuk dari tahanan mogok makan di masa lalu memicu ketegangan dengan Palestina, dan dalam beberapa kasus mendorong Israel untuk menyetujui tuntutan mogok makan.
Israel saat ini menahan sekitar 4.400 warga Palestina, termasuk militan yang telah melakukan serangan mematikan, serta orang-orang yang ditangkap saat protes atau karena melempar batu.
Sekitar 670 warga Palestina sekarang ditahan dalam penahanan administratif, jumlah yang melonjak pada bulan Maret ketika Israel memulai serangan penangkapan hampir setiap malam di Tepi Barat menyusul serentetan serangan mematikan terhadap warga Israel.
Israel mengatakan penahanan administratif diperlukan untuk mencegah serangan atau untuk menahan tersangka berbahaya tanpa berbagi bukti yang dapat membahayakan sumber intelijen yang berharga.
Israel mengatakan pihaknya memberikan proses hukum dan sebagian besar memenjarakan mereka yang mengancam keamanannya, meskipun sejumlah kecil ditahan karena kejahatan kecil.
Palestina dan kelompok hak asasi manusia mengatakan sistem ini dirancang untuk menumpas oposisi dan mempertahankan kontrol permanen atas jutaan warga Palestina sambil menyangkal hak-hak dasar mereka.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.