LONDON, KOMPAS.TV - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa wabah cacar monyet yang merebak di 50 negara belum bisa dikategorikan sebagai darurat kesehatan global.
Namun, dinas kesehatan masyarakat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan, wabah cacar monyet perlu diawasi secara erat.
Hal tersebut dimuat dalam pernyataan komite kedaruratan WHO yang dirilis pada Sabtu (25/6/2022).
WHO mengakui bahwa banyak aspek dari wabah cacar monyet belakangan ini “tidak biasa”. Kelalaian atas pengawasan cacar monyet yang endemik di sejumlah negara Afrika juga diakui.
“Walaupun sedikit anggota mengekspresikan pandangan berbeda, komite (kedaruratan WHO) telah mencapai konsensus untuk menganjurkan direktur jenderal WHO bahwa, pada tahap ini, wabah itu (cacar monyet) bisa ditentukan tidak memenuhi suatu darurat kesehatan global,” tulis pernyataan WHO dikutip Associated Press.
Baca Juga: Cacar Monyet Merebak di Inggris, 96 Persen Kasus Ditemukan pada Pria Berorientasi Seksual Tertentu
Meskipun demikian, WHO menggarisbawahi wabah cacar monyet saat ini “bersifat darurat” dan untuk mengontrolnya perlu respons “intens.”
Komite kedaruratan WHO sendiri bersidang pada Kamis (23/6) lalu usai Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan kekhawatiran akan wabah cacar monyet di negara-negara yang sebelumnya tidak mengalami wabah tersebut.
“Apa yang membuat wabah (cacar monyet) mengkhawatirkan secara khusus adalah penyebaran yang pesat, berlanjut ke negara-negara baru dan kawasan serta risiko transmisi yang berkelanjutan dan lebih luas ke populasi rentan yang memiliki kelainan imun, ibu hamil, dan anak-anak,” kata Ghebreyesus.
Pekan ini, WHO mengonfirmasi lebih dari 3.200 infeksi cacar monyet di sekitar 40 negara yang sebelumnya tidak melaporkan penyakit tersebut.
Mayoritas kasus terdapat pada pria gay, biseksual, atau pria yang pernah berhubungan seksual dengan sesama pria. Lebih dari 80 persen kasus itu terdeteksi di Benua Eropa.
Pada Mei lalu, seorang penasihat WHO menyebut peningkatan kasus cacar monyet berkemungkinan terkait aktivitas seksual oleh pria di dua pesta rave di Spanyol dan Belgia, berspekulasi bahwa penyebaran penyakit itu di komunitas gay dan biseksual adalah “kejadian acak.”
Kalangan ilmuwan memperingatkan bahwa kontak fisik atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi cacar monyet atau barang-barangnya, berisiko tertular tanpa memandang orientasi seksual.
Hingga kini, ilmuwan belum menemukan mutasi apa pun yang mengindikasikan virus itu lebih menular atau letal. Namun, sejumlah perubahan yang ditemukan pada virus menunjukkan bahwa virus itu berkemungkinan telah menyebar tanpa diketahui selama bertahun-tahun.
Cacar monyet yang endemik di Afrika umumnya merebak pada populasi yang kontak dengan binatang yang terinfeksi seperti primata atau hewan pengerat.
Terdapat sekitar 1.500 kasus cacar monyet dan 70 kematian di tiga negara Afrika, yakni Kongo, Kamerun dan Republik Afrika Tengah.
Versi cacar monyet yang menyebar di luar Afrika khususnya punya tingkat fatalitas kurang dari 1 persen, sedangkan versi di benua Afrika sekitar 10 persen.
Baca Juga: UNAIDS: Jangan Biarkan Penanganan Wabah Cacar Monyet Jadi Sulit Dilakukan Karena Stigma!
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.