LIBREVILLE, KOMPAS.TV – KTT penting PBB tahun ini harus memberikan prioritas yang sama pada keanekaragaman hayati seperti perubahan iklim, dan terus maju dengan menempatkan nilai finansial pada sumber daya alam. Hal itu diungkap Menteri Lingkungan Hidup Gabon Lee White seperti laporan France24, Selasa (31/5/2022).
Lee White, seorang ahli ekologi yang membantu membuat Gabon menjadi suara yang kuat untuk lingkungan di Afrika tengah, mengatakan krisis iklim dan keanekaragaman hayati bumi berjalan seiring.
COP15, konferensi konservasi yang ditunggu-tunggu yang akan diadakan di Kunming, China, pada kuartal terakhir tahun 2022, menurut Lee White harus menempatkan keanekaragaman hayati di tingkat prioritas yang sama dengan perubahan iklim.
"Kita (harus) melihat ambisi yang jauh lebih tinggi untuk konservasi," kata White.
"Salah satu prioritas kita adalah target 30 kali 30, yaitu mendapatkan 30 persen kawasan lindung di seluruh planet ini pada tahun 2030, dan memajukan agenda kredit keanekaragaman hayati, pembiayaan keanekaragaman hayati," imbuhnya.
Kredit karbon, yang sudah ada selama lebih dari dua dekade, menawarkan insentif keuangan untuk mengurangi atau menghindari emisi gas rumah kaca.
Kredit keanekaragaman hayati akan menawarkan insentif serupa untuk memelihara hotspot konservasi, yang menurut para ilmuwan memainkan peran yang selama ini sangat diremehkan untuk kelangsungan hidup manusia.
Baca Juga: KTT Iklim PBB COP26: Lebih 100 Negara Termasuk Indonesia, Bergabung Pada Pakta Pemotongan Gas Metana
"Cekungan Kongo menstabilkan Afrika, itu adalah jantung dan paru-paru Afrika," kata White, penulis lusinan makalah penelitian.
"Tanpa Cekungan Kongo... kita kehilangan curah hujan di Sahel, dan Anda memiliki ratusan juta pengungsi iklim yang bergerak ke selatan," katanya.
"Kita harus bisa menghitung biaya itu dan kemudian mengaitkannya dengan layanan keanekaragaman hayati yang disediakan Lembah Kongo. Tetapi hari ini, keanekaragaman hayati bernilai (moneter) nol."
Lahir di Manchester di Inggris utara, White, 56, memulai karirnya di hutan hujan Afrika sebelum ia mengelola kegiatan Wildlife Conservation Society di Gabon selama 15 tahun, dan pada tahun 2002 menjadi penasihat Presiden Omar Bongo Ondimba untuk taman nasional dan ekowisata.
Tahun 2009, White diangkat menjadi menteri air, hutan, laut, dan lingkungan.
Baca Juga: Portugal Dirikan Kawasan Konservasi Laut Terbesar di Atlantik Utara Seluas 2.677 kilometer persegi
White menunjuk pada rekor Gabon sendiri dalam menyerap karbon dengan melestarikan hutan tropisnya yang sangat lebat.
Tahun 2002, Gabon mendirikan jaringan 13 taman nasional yang mencakup 11 persen wilayahnya. Saat ini, 22 persen lahan berstatus dilindungi.
Tahun 2017,Gabon menciptakan 20 cagar alam laut seluas 53.000 kilometer persegi, surga laut terbesar di Afrika, dan setara dengan 27 persen wilayah perairannya.
"Sejak KTT Bumi di Rio, kami telah menyerap tiga miliar ton CO2," kata White.
"Saya pikir jika kita menemukan cara untuk memberi nilai pada semua kemajuan itu, jika kita menemukan cara untuk menemukan nilai dari penyerapan bersih karbon kita, maka negara lain mungkin akan melihat contoh Gabon dan berpotensi melakukan hal serupa secara sendiri-sendiri."
Konservasi habitat telah membantu populasi gajah hutan Gabon tumbuh dari 60.000 menjadi 95.000 ekor, sementara di seluruh Afrika jumlah spesies ini turun tiga perempatnya. Bayangkan.
Baca Juga: China Janjikan Rp3,3 Triliun untuk Dana Konservasi Keanekaragaman Hayati
Kisah sukses ini memiliki sisi negatif dalam konflik antara gajah dan manusia, di mana perubahan iklim juga berperan, kata White.
Penelitian di salah satu lokasi hutan, katanya, menemukan bahwa selama 40 tahun, suhu meningkat satu derajat Celsius dan curah hujan tahunan turun 200 milimeter.
Hal itu menyebabkan kehancuran 80 persen produksi buah-buahan hutan hujan, yang merupakan bagian penting dari makanan gajah.
"Gajah-gajah itu lapar, kami sebenarnya sudah membuktikan secara ilmiah bahwa mereka lebih kurus," kata White.
"Jadi mereka keluar dari hutan juga karena perubahan iklim untuk memakan ladang orang, karena mereka mencari makanan."
White mengatakan dia sangat bersimpati kepada petani miskin yang jengkel dengan gajah yang memakan atau menginjak-injak tanaman mereka. "Dunia mencintai gajah," katanya.
Baca Juga: Pemerintah Australia Janjikan Tambahan A$1 Miliar untuk Rawat dan Konservasi Great Barrier Reef
"Saya berani bertaruh ada lebih banyak gajah di Paris atau London daripada di seluruh Afrika. Tetapi gajah-gajah itu adalah gajah yang suka diemong, mereka adalah gajah mainan di kamar tidur anak-anak," katanya secara satir.
"Karena bagi Barat, gajah adalah makhluk yang menghibur dan menyenangkan, dan untuk anak-anak pedesaan Afrika, gajah adalah makhluk besar yang menakutkan yang mungkin baru saja membunuh ayah mereka atau menghancurkan makanan yang akan mereka makan dalam beberapa bulan ke depan," katanya.
White mengatakan sangat penting untuk menyelesaikan perburuan liar di daerah terpencil sehingga gajah bisa menjauh dari daerah yang dihuni manusia dan kembali ke habitat lamanya.
"Kami (juga) harus melindungi tanaman masyarakat pedesaan, idealnya menggunakan pagar listrik dan metode lain, daripada membunuh gajah," katanya.
"Tetapi kita benar-benar harus melindungi mata pencaharian dan keamanan serta kualitas hidup masyarakat pedesaan."
Tahun ini, untuk pertama kalinya, pemerintah Gabon memberikan dana untuk membantu meredakan konflik gajah-manusia, katanya.
Ini setara dengan 5 juta dollar telah dimasukkan dalam anggaran 2022 untuk kompensasi bagi petani yang tanamannya dirusak oleh gajah.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.