Kompas TV internasional kompas dunia

Bisakah Buang Air Kecil di Kebun Membantu Memberi Makan Dunia? Nah Ini Hasil Penelitian di Prancis

Kompas.tv - 2 Mei 2022, 18:22 WIB
bisakah-buang-air-kecil-di-kebun-membantu-memberi-makan-dunia-nah-ini-hasil-penelitian-di-prancis
Air seni atau pipis manusia mungkin tampak seperti cara yang kasar untuk menyuburkan tanaman di era pertanian industri, tetapi ketika para peneliti mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan mengurangi pencemaran lingkungan, sebagian kalangan semakin tertarik pada potensi air seni atau urine manusia untuk menyuburkan tanaman. (Sumber: France24 via AFP)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

“Butuh waktu lama untuk memperkenalkan inovasi ekologi dan terutama inovasi seperti pemisahan urine yang (dipandang) sangat radikal,” kata Tove Larsen, peneliti di lembaga penelitian akuatik Eawag Swiss.

Dia mengatakan toilet pengalih urine masa-masa awal dianggap tidak sedap dipandang dan tidak praktis, atau menimbulkan kekhawatiran tentang bau yang tidak sedap.

Namun dia berharap model baru, yang dikembangkan oleh perusahaan Swiss Laufen dan Eawag, dapat mengatasi kesulitan ini, dengan desain yang menyalurkan urine ke wadah terpisah.

Setelah urine dikumpulkan, tentu saja perlu diproses.

Baca Juga: Awas, Penelitian Ungkap Covid-19 Turunkan Syahwat Seksual, Kurangi Jumlah Sperma dan Zakar Meradang

Air seni atau pipis manusia mungkin tampak seperti cara yang kasar untuk menyuburkan tanaman di era pertanian industri, tetapi ketika para peneliti mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan mengurangi pencemaran lingkungan, sebagian kalangan semakin tertarik pada potensi air seni atau urine manusia untuk menyuburkan tanaman. (Sumber: www.discovery.com)

Urine biasanya bukan pembawa utama penyakit, jadi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk membiarkan urine yang ditampung itu untuk jangka waktu tertentu, meskipun bisa juga dipasteurisasi.

Lalu ada berbagai teknik untuk mengonsentrasikan atau bahkan mengeringkan cairan, mengurangi volumenya sehingga biaya pengangkutannya ke ladang lebih murah.

Tantangan lain adalah mengatasi keresahan publik.

"Subjek ini menyentuh hal-al yang sangat intim," kata Ghislain Mercier, dari otoritas perencanaan milik publik Paris et Metropole Amenagement.

Mereka sedang mengembangkan sebuah eco-district di ibu kota Prancis dengan toko-toko dan 600 unit rumah, yang akan menggunakan pengumpulan urine untuk menyuburkan ruang hijau di kota Paris.

Dia melihat potensi yang signifikan di gedung-gedung besar seperti perkantoran, serta rumah-rumah yang tidak terhubung dengan saluran air. Bahkan restoran.

Di Paris ada restoran 211, dilengkapi toilet tanpa air yang menampung urine. "Kami mendapat umpan balik yang cukup positif," kata pemiliknya, Fabien Gandossi.

"Orang-orang sedikit terkejut, tetapi mereka hanya melihat sedikit perbedaan dibandingkan dengan sistem tradisional."

Baca Juga: Penelitian WHO: Jam Kerja Terlalu Panjang Sangat Berbahaya bagi Kesehatan dan Bisa Mematikan

Air seni atau pipis manusia mungkin tampak seperti cara yang kasar untuk menyuburkan tanaman di era pertanian industri, tetapi ketika para peneliti mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan mengurangi pencemaran lingkungan, sebagian kalangan semakin tertarik pada potensi air seni atau urine manusia untuk menyuburkan tanaman. (Sumber: Straits Times via Reuters)

Tetapi apakah orang siap untuk naik ke tingkat berikutnya dan makan makanan yang disuburkan oleh urine manusia? 

Satu studi tentang hal itu menemukan perbedaan dari satu negara ke negara lain. Tingkat penerimaan sangat tinggi di Cina, Prancis dan Uganda misalnya, tetapi rendah di Portugal dan Yordania.

Harga pupuk sintetis saat ini melonjak karena kelangkaan yang disebabkan oleh serangan Rusia ke Ukraina, yang juga mendorong berbagai negara mempertimbangkan berbagai cara untuk menopang ketahanan pangan mereka.

Itu bisa menjadi kesempatan membantu "membuat isu itu lebih tampil di publik", kata Mercier.

Marine Legrand, seorang antropolog yang bekerja dengan Esculier di jaringan OCAPI mengatakan masih ada "rintangan yang harus diatasi".

Tapi dia percaya kekurangan air dan peningkatan kesadaran akan dampak polusi dapat membantu mengubah pikiran banyak orang. "Kami mulai memahami betapa berharganya air," kata Legrand.

"Jadi, buang air besar di dalam (alat pemisah urine) tidak bisa diterima."

 




Sumber : France24




BERITA LAINNYA



Kunjungan Paus ke Indonesia

FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x