CHERNIHIV, KOMPAS.TV - Seorang remaja Ukraina mengamuk setelah kondisinya yang penuh darah saat selamat dari serangan udara Rusia dianggap palsu oleh media pro-Kremlin.
Tania merupakan remaja perempuan Ukraina yang selamat dari serangan udara Rusia yang menyasar sekolah di Chernihiv.
Saat itu, ia ditemukan selamat dengan kondisi luka-luka dan penuh darah. Video itu kemudian di media viral.
Ia pun kemudian memposting video kondisi di Instagram, masih dipenuhi darah dan luka-luka di wajahnya.
Baca Juga: Zelensky: Tak Ada Perundingan Damai dengan Rusia Jika Pasukan Ukraina di Mariupol Terbunuh
“Saya di sekolah nomor 21 ketika ledakan terjadi. Saya selamat. Semoga beruntung untuk semuanya. Saya harap mereka lebih beruntung dibandingkan saya,” tuturnya pada video itu dikutip dari BBC.
“Kenapa saya merekam cerita ini? Karena ada banyak anak di sekolah. Saya tak tahu apa mereka selamat. Kirim video ini ke teman Rusia Anda,” tambahnya.
Beberapa jam kemudian, videonya viral di Ukraina.
Video itu dilihat puluhan ribu orang hanya di Instagram, dan digunakan di sejumlah laman berita Ukraina.
Banyak orang Rusia memberikan dukungan kepadanya, namun juga ada ancaman kepadanya.
Ada yang meminta maaf kepadanya atas aksi Pemerintah Rusia, tetapi ada yang tak percaya ceritanya dan menyebutnya marah.
Namun, media pro-Rusia dan Belarusia mempelintir berita mengenai dirinya.
Baca Juga: Zelensky: Serangan Balik Ukraina akan Rebut Wilayah yang Diduduki Rusia, jika Sudah Punya Senjata
Rekan-rekan Tania pun mulai mengirimi tangkapan layar dari media Rusia dan Belarusia, yang menyebut videonya adalah rekayasa.
Laporan dari media-media tersebut menyebut Tania bukan anak-anak, ia berusia 29 tahun dan bekerja sebagai pelayan sebelum invasi dimulai.
Selain itu, luka di wajahnya disebut tidak asli, dan mengatakan darah di wajahnya tidak alami, dan ia berlaku terlalu normal untuk seseorang yang baru selamat dari pengeboman.
Kepada BBC, Tania mengungkapkan ia terlihat tenang dalam video tersebut karena ia sedang dalam periode sangat terkejut saat merekam video tersebut.
“Saya merasa tenang dan tak takut. Hanya terkejut,” ujarnya.
“Beberapa jam setelah itu saya mulai histeris. Dua hari ke depan, saya tak bisa tidur atau makan. Saya menangis. Itu adalah mimpi buruk,” tambahnya.
Sejumlah media Rusia mengklaim bahwa sekolah di Ukraina berhenti beroperasi saat awal penyerangan.
Mereka juga mengklaim tak banyak anak di sekolah saat serangan terjadi.
Baca Juga: Menlu dan Menhan AS Berkunjung ke Kiev Ukraina Hari Ini, Biden Kapan Menyusul?
Tapi Tania mengungkapkan, sekolahnya digunakan sebagai titik pengumpulan bantuan kemanusiaan, dan dianggap tetap aman oleh warga lokal.
Beberapa orang bahkan membawa anak-anak ke sana.
Kepala Pemerintahan Chernihiv, mengonfirmasikan pernyataan Tania.
Ia mengungkapkan ruang bawah tanah sekolah dibuka sehinngga warga sipil bisa berlindung dari serangan.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.