Rekan-rekan Tania pun mulai mengirimi tangkapan layar dari media Rusia dan Belarusia, yang menyebut videonya adalah rekayasa.
Laporan dari media-media tersebut menyebut Tania bukan anak-anak, ia berusia 29 tahun dan bekerja sebagai pelayan sebelum invasi dimulai.
Selain itu, luka di wajahnya disebut tidak asli, dan mengatakan darah di wajahnya tidak alami, dan ia berlaku terlalu normal untuk seseorang yang baru selamat dari pengeboman.
Kepada BBC, Tania mengungkapkan ia terlihat tenang dalam video tersebut karena ia sedang dalam periode sangat terkejut saat merekam video tersebut.
“Saya merasa tenang dan tak takut. Hanya terkejut,” ujarnya.
“Beberapa jam setelah itu saya mulai histeris. Dua hari ke depan, saya tak bisa tidur atau makan. Saya menangis. Itu adalah mimpi buruk,” tambahnya.
Sejumlah media Rusia mengklaim bahwa sekolah di Ukraina berhenti beroperasi saat awal penyerangan.
Mereka juga mengklaim tak banyak anak di sekolah saat serangan terjadi.
Baca Juga: Menlu dan Menhan AS Berkunjung ke Kiev Ukraina Hari Ini, Biden Kapan Menyusul?
Tapi Tania mengungkapkan, sekolahnya digunakan sebagai titik pengumpulan bantuan kemanusiaan, dan dianggap tetap aman oleh warga lokal.
Beberapa orang bahkan membawa anak-anak ke sana.
Kepala Pemerintahan Chernihiv, mengonfirmasikan pernyataan Tania.
Ia mengungkapkan ruang bawah tanah sekolah dibuka sehinngga warga sipil bisa berlindung dari serangan.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.