KIEV, KOMPAS.TV - Korban jiwa akibat serangan rudal di stasiun kereta Kramatorsk, Oblast (daerah setingkat provinsi) Donetsk, Ukraina bertambah hingga setidaknya 52 orang. Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko menyampaikan korban jiwa termasuk lima anak-anak.
Puluhan orang lain juga menderita luka-luka. Rumah sakit setempat yang merawat korban luka dilaporkan kewalahan.
“Banyak orang lain masih dalam kondisi serius, tanpa lengan atau kaki,” kata Wali Kota Kramatorsk Oleksandr Goncharenko dikutip Associated Press.
Pada Jumat (8/4/2022), serangan rudal Tochka-U menghantam stasiun Kramatorsk yang dipenuhi antrean pengungsi, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Rekaman video yang memperlihatkan mayat-mayat warga sipil tergeletak di samping barang bawaan mereka bermunculan di media sosial usai serangan ini.
Berbagai pihak mengutuk serangan ini dan menyebut Rusia kembali melakukan kejahatan perang. Tak lama sebelum serangan rudal Kramatorsk, dugaan kejahatan perang Rusia sudah dikecam komunitas internasional seiring ditemukannya jejak pembantaian sipil di Bucha, Oblast Kiev.
Baca Juga: Rusia Bantah Serang Kramatorsk, Sebut Lokasi Peluncuran Rudal justru dari Wilayah Ukraina
Rusia sendiri membuat klaim yang kemudian terbukti palsu bahwa pembantaian Bucha hanyalah “rekayasa”. Kali ini, Moskow kembali mengklaim militer Ukraina lah yang merudal Kramatorsk.
Otoritas Ukraina menyebut sekitar 4.000 warga sipil sedang berada di kompleks stasiun Kramatorsk atau sekitarnya ketika serangan rudal terjadi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia sengaja menargetkan stasiun yang dipenuhi warga sipil.
“Tanpa kekuatan atau keberanian untuk melawan kami di medan tempur, mereka (Rusia) secara keji menghancurkan populasi sipil. Ini adalah kejahatan tanpa batas. Dan jika ini tidak dihukum, maka ini tidak akan berhenti,” kata Zelensky.
“Hampir tidak ada kata-kata untuk menggambarkannya. Perilaku keji (Rusia) hampir tiada bandingannya lagi,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam kesempatan terpisah.
Fragmen rudal yang menyerang Kramatorsk tertinggal di lokasi kejadian dan ditulisi “untuk anak-anak” dalam bahasa Rusia. Belum diketahui apa maksud dari tulisan tersebut.
Setelah kabar serangan rudal di Kramatorsk menewaskan banyak warga sipil, Kiev dan Moskow saling tuding mengenai dalang serangan ini. Masing-masing pihak diketahui memiliki puluhan hingga ratusan unit rudal Tochka-U.
Usai serangan di Kramatorsk, media-media Rusia mengklaim Moskow telah mempensiunkan Tochka-U per 2019 dan menggantinya dengan Iskander. Namun, sejumlah laporan selama invasi ke Ukraina menyebut Rusia masih menggunakan Tochka-U.
Justin Bronk, pakar militer dari Royal United Services Institute London, menduga Rusia sengaja menargetkan infrastruktur rel di kawasan Donbass, termasuk Kramtorsk. Namun, Kremlin diduga enggan mengakui serangan setelah tahu bahwa rudal mengenai kerumunan pengungsi.
“Militer Ukraina berupaya mati-matian memperkuat unit di area itu (Donbass), dan stasiun kereta di area yang dikuasai Ukraina krusial bagi pergerakan perlengkapan dan manusia,” kata Bronk.
Baca Juga: Kisah Tragis Tentara Remaja Rusia yang Dikirim Perang ke Ukraina, Lahir dan Mati di Era Putin
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.