MOSKOW, KOMPAS.TV - Sekolah-sekolah di Rusia dilaporkan dijejali materi baru oleh pemerintah untuk mengajarkan “sanksi anti-Rusia” oleh Barat serta kemampuan Rusia untuk “mengatasi konsekuensi negatifnya”.
Menurut dokumen yang didapatkan surat kabar Kommersant, sebagaimana diwartakan The Moscow Times, Rabu (6/4/2022), arahan itu datang langsung dari Kementerian Pendidikan Rusia.
Kommersant meneliti dokumen yang diarahkan ke tiga oblast (daerah setingkat provinsi), yakni Moskow, Oryol, dan Samara.
Guru-guru di Rusia diminta membuka pelajaran dengan membawakan kembali pernyataan Presiden Vladimir Putin bahwa “Rusia sedang dalam tekanan luar biasa dari dunia luar.”
Siswa sekolah di Rusia, mulai usia 10 tahun, akan diajarkan mengenai konsep sanksi dan bagaimana Rusia menghadapi kondisi tersebut karena “operasi militer khusus” untuk “melindungi rakyat Donbass” alias menginvasi Ukraina.
Baca Juga: Rusia Ternyata Sudah Bayar Utang Dolar dalam Rubel, Gagalkan Upaya AS Bikin Rusia Default
Setelah materi diajarkan, siswa-siswa Rusia akan menjalani ujian. Salah satu pertanyaan ujian tersebut adalah apakah sanksi terhadap Rusia “adil”.
Kementerian Pendidikan Rusia sendiri mengonfirmasi edaran materi baru ke sekolah-sekolah tersebut. Menurut pihak kementerian, materi ini ditujukan untuk memberikan siswa pemahaman lebih luas atas kebijakan ekonomi negara.
Kementerian Pendidikan Rusia sendiri diminta lebih giat mempromosikan “patriotisme” dan “nilai-nilai tradisional” di sekolah-sekolah usai invasi ke Ukraina yang dikecam komunitas internasional.
Moskow dilaporkan mengalokasikan sekitar 900 juta rubel untuk inisiatif “pendidikan patriotis” setelah invasi ke Ukraina.
Materi “patriotisme” baru ini disebut telah diajarkan di ratusan sekolah di Siberia.
Di lain sisi, inisiatif tersebut menuai kritik dari sejumlah pihak. Kira Yarmysh, sekretaris pers oposisi Vladimir Putin, Alexei Navalny, menyebut kebijakan ini adalah langkah Kremlin “mencuci otak” anak-anak.
“Hanya sedikit hal yang menjengkelkan saya lebih dari pelajaran ‘pendidikan patriotis’ bagi anak sekolah. Pemerintah Rusia membunuh sebagian anak dan mencuci otak yang lainnya,” tulis Yarmysh dikutip The Moscow Times.
Sementara itu, Dmitry Manchenko, mantan guru sekolah di kota Khabarovsk, dekat perbatasan China, mengeklaim sekolahnya menolak melaksanakan arahan Kementerian Pendidikan.
“Mereka mengenalkan ini sebagai bagian propaganda negara, tetapi sekolah kami menolaknya karena adminstrasi (sekolah) paham ide ini seluruhnya absurd,” kata Manchenko.
Anak-anak sendiri kerap dijadikan elemen propaganda Rusia untuk mendukung invasi ke Ukraina. Anak-anak diminta menampilkan formasi “Z”, simbol pro-invasi, untuk difoto atau menulis surat yang menunjukkan dukungan terhadap invasi.
Meskipun demikian, generasi muda Rusia dilaporkan tetap menjadi elemen penting dalam gerakan antiperang di berbagai kota. Sejak invasi pada 24 Februari lalu, ribuan orang telah ditangkap terkait protes antiperang di berbagai penjuru Rusia.
Baca Juga: Uni Eropa Siapkan Sanksi Baru Berupa Larangan Impor Batu Bara Rusia
Sumber : The Moscow Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.