Baca Juga: Manfaat Hebat Obat Tradisional Rempah dari Serat Primbon Jampi Jawi yang Kini Banyak Diburu
WHO International Clinical Trial Registration Platform atau Platform Pendaftaran Uji Klinis Internasional WHO, akses satu titik ke informasi tentang uji klinis yang sedang berlangsung dan selesai di seluruh dunia, berisi sebanyak 369 studi klinis tentang penggunaan obat tradisional untuk mengobati Covid-19.
“Kami berharap kegiatan penelitian yang sedang berlangsung ini akan menginformasikan integrasi obat tradisional dalam respons pandemi saat ini dan masa depan,” kata WHO.
Salah satu upaya integrasi awal adalah obat herbal Madagaskar, Covid-Organics Plus Curative yang digembar-gemborkan oleh pemerintahnya.
Menurut pernyataan publik WHO pada Agustus tahun lalu, obat Madagaskar itu dalam uji coba acak fase III dan menghasilkan "hasil awal yang menggembirakan".
Profesor Anup Thakar, seorang praktisi Ayurveda India dan direktur Institut Pengajaran dan Penelitian di Ayurveda (ITRA), mengharapkan pusat tersebut akan "mengubah era sistem pengobatan tradisional".
Dia mengatakan penelitian di pusat tersebut akan menghasilkan data yang tervalidasi secara ilmiah yang akan semakin mempopulerkan penggunaan obat tradisional.
“Dengan cara ini kami (para praktisi sistem pengobatan tradisional) dapat berkontribusi dalam pembuatan kebijakan untuk kesehatan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tambahnya.
ITRA akan menjadi tuan rumah kantor sementara, hingga fasilitas WHO tersebut selesai dibangun.
Baca Juga: Penonton Festival MotoGP Mandalika: Kalau Tahu Bakal Berdiri, Saya Minum Jamu Kuat Dulu Tadi
Namun, beberapa orang sebelumnya pernah mengkritik keterlibatan WHO dengan pengobatan tradisional, termasuk mereka yang merasa obat tersebut dapat menggantikan obat yang terbukti atau berpotensi berbahaya.
Ketika WHO memasukkan pengobatan TCM untuk pertama kalinya dalam daftar International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) atau Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait (ICD), beberapa orang mengkritik langkah tersebut karena menempatkan pengobatan yang belum teruji di level yang sama dengan obat-obatan yang telah menjalani uji klinis.
"Memberikan kepercayaan pada perawatan yang belum memenuhi standar tersebut akan meningkatkan penggunaannya tetapi juga akan mengurangi kredibilitas WHO," kata editorial di jurnal Scientific American, seraya menyerukan obat-obatan ini untuk "melakukan pengujian ketat untuk kemurnian, kemanjuran, dosis, dan keamanan."
Negara-negara di seluruh dunia bergantung pada dokumen ICD, yang mulai berlaku pada 1 Januari, untuk menentukan agenda perawatan kesehatan mereka.
Dimasukkannya TCM adalah contoh pertama dari segala bentuk obat tradisional yang masuk ke dalam ringkasan medis global yang berpengaruh dari WHO.
Menanggapi kritik tersebut, WHO mengatakan, mereka selalu menggalakkan integrasi obat tradisional yang "terbukti mutu, keamanan, dan khasiatnya".
“Pusat pengobatan tradisional global akan mendukung pemahaman sistem pengobatan tradisional ini dengan lensa penelitian dan data, dan pada saat yang sama menghargai pengetahuan tradisional dan penggunaan sumber daya obat yang berkelanjutan,” tambahnya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.