Rusia menghadapi gelombang kecaman baru pada Senin setelah bukti muncul tentang apa yang tampaknya merupakan pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil di Ukraina.
Beberapa pemimpin Barat menyerukan sanksi lebih lanjut sebagai tanggapan atas dugaan kekejaman, bahkan saat Moskow terus menggencarkan serangannya di timur Ukraina.
Menteri pertahanan Jerman menyarankan agar Uni Eropa membahas larangan impor gas Rusia.
Tetapi lebih banyak pejabat senior mengindikasikan boikot segera tidak mungkin dilakukan, sebuah tanda para pemimpin dapat berjuang dalam jangka pendek untuk meningkatkan sanksi yang sudah berat terhadap Rusia.
Baca Juga: PM Inggris Mengamuk Rusia Bunuh Warga Sipil Ukraina, Berjanji Buat Putin Kelaparan
Di Bucha, barat laut ibu kota, wartawan Associated Press melihat 21 mayat. Satu kelompok beranggotakan sembilan orang, semuanya berpakaian sipil, tersebar di sekitar lokasi yang menurut penduduk digunakan pasukan Rusia sebagai pangkalan.
Mereka tampaknya ditembak dari jarak dekat. Setidaknya ada dua orang yang tangannya diikat ke belakang.
Gambar-gambar tubuh babak belur yang tergeletak di jalan-jalan atau kuburan yang digali dengan tergesa-gesa, melepaskan gelombang kemarahan yang bisa menandakan titik balik dalam perang yang sudah berlangsung hampir enam minggu itu.
Tetapi sanksi sejauh ini gagal menghentikan serangan, dan kenaikan harga energi bersama dengan kontrol ketat di pasar mata uang Rusia, menumpulkan dampak sanksi barat, bahkan rubel rebound kuat setelah awalnya sempat jatuh.
Para pemimpin Barat dan Ukraina menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, dan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional telah membuka penyelidikan untuk menyelidiki konflik tersebut.
Tetapi laporan terbaru meningkatkan kecaman lebih jauh, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan beberapa pemimpin Barat menuduh Rusia melakukan genosida.
Kementerian Pertahanan Rusia menolak tuduhan itu. Dikatakan foto dan video mayat "telah dikelola oleh rezim Kiev untuk media Barat."
Kementerian itu mengatakan "tidak ada satu pun warga sipil" di Bucha yang mengalami aksi kekerasan militer.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.