JEDDAH, KOMPAS.TV - Dua tahun lalu, di puncak tahap awal pandemi Covid-19, umat Islam di seluruh dunia terpaksa menjalankan bulan suci Ramadan di bawah pembatasan sosial sangat ketat, Banyak masjid di dunia menunda salat berjamaah hingga keadaan kembali menjadi aman dari penularan virus. Termasuk di Arab Saudi.
Selama dua tahun, umat muslim kehilangan kesempatan untuk mensyukuri nikmat waktu bersama keluarga besar dan menikmati tradisi berbuka puasa bersama. Apalagi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah dan Madinah.
Melansir Arab News, Sabtu (2/4/2022), banyak yang merayakan Ramadan kali ini dengan kenangan sedih karena ditinggal oleh orang tua maupun saudara-saudara mereka yang wafat terkena Covid-19. Namun, umat muslim selalu berkhidmat mencari keikhlasan dan mensyukuri nikmat yang diberikan sang Pencipta.
Sekarang, berkat perlindungan vaksinasi Covid-19 massal, banyak tindakan pencegahan semakin dilonggarkan, termasuk aturan jarak sosial. Larangan bepergian juga dicabut, dan kehidupan sehari-hari mulai kembali normal.
Akibatnya, banyak muslim di seluruh dunia, untuk pertama kalinya sejak Ramadan 2019, sekali lagi bebas menjalankan Ramadhan dengan cara yang biasa mereka lakukan.
Bulan sabit Ramadan terlihat di Arab Saudi pada Jumat malam. Ini berarti bulan suci Ramadan secara resmi dimulai pada hari Sabtu (2/4/2022) menurut pengumuman resmi dari Mahkamah Agung Kerajaan Arab Saudi.
Empat negara Teluk Arab lainnya, Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab, juga mengumumkan dimulainya Ramadan pada hari Sabtu. Sementara Oman mengatakan Ramadan akan dimulai sehari setelahnya.
Tidak ada yang menduga pada hari terakhir Ramadan tahun 2019, saat itu 3 Juni, jamaah kaum Muslimin yang berkumpul di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah untuk menunaikan salat Tarawih, akan menjadi yang terakhir selama Ramadan, hingga dua tahun kemudian.
Baca Juga: Hilal Terlihat, Arab Saudi Tetapkan Awal Ramadan 1443 H Jatuh pada Hari Ini
Sembilan bulan kemudian, pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan wabah virus corona baru, yang awalnya muncul di kota Wuhan di China, menjadi pandemi global yang meluas.
Pemerintah di seluruh dunia segera mulai merespons dengan memberlakukan kontrol ketat terhadap kebebasan bergerak dan interaksi sosial.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengumumkan kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di Kerajaan pada 2 Maret tahun itu. Pasien warga Saudi, yang melakukan perjalanan dari Iran melalui Bahrain dan masuk lewat King Fahd Causeway, segera menjalani karantina.
Kementerian mengirim tim pengendalian infeksi untuk melacak dan menguji siapa pun yang pernah berhubungan dengannya.
Dua hari kemudian, warga Saudi kedua dites positif terkena virus. Dan dalam waktu singkat, kasus Covid-19 mulai meningkat pesat di seluruh Kerajaan, seperti di banyak negara lain.
Pada 6 Maret 2020, sebuah foto halaman melingkar di Masjidil Haram menjadi viral di media sosial. Biasanya, halaman Masjidil Haram dipenuhi dengan jamaah yang mengenakan jubah putih yang berjalan mengelilingi Ka'bah. Tetapi, pada foto itu, lingkaran seperti piring itu, demikian sebutan untuk halaman di sekeliling Ka'bah, terlihat kosong, hening, sunyi, dan terdiam, tanpa kehidupan, benar-benar kosong kecuali beberapa penjaga keamanan.
Gambaran yang menyedihkan itu tampaknya merangkum tingkat keparahan darurat kesehatan yang meningkat pesat di Arab Saudi.
“Pemandangan sekeliling Ka'bah yang kosong dan hening itu adalah hantaman palu kenyataan,” kata Sanaa Abdulhakeem, 72, seorang pensiunan guru Arab Saudi, mengatakan kepada Arab News.
Baca Juga: Joe Biden Beri Pesan Ramadan 2022 ke Muslim Dunia, Kutip Surat Az-Zalzalah dari Al-Quran
“Tidak pernah dalam hidup saya, saya melihat masjid kosong. Saya lahir tepat di seberang masjid di Mekah dan tinggal sepanjang hidup saya di dekatnya. Ini adalah tempat yang selalu ramai dengan kehidupan. Keheningan hanya terjadi ketika para jamaah salat berjamaah dengan imam.”
Pembatasan pandemi berarti Abdulhakeem dan kerabatnya terpaksa memutuskan tradisi keluarga yang dijunjung tinggi dalam menyambut dan memberi makan para peziarah yang berkunjung.
Tahun ini, Abdulhakim tampak berbinar penuh semangat untuk melanjutkan kegiatan amal keluarga mereka tahun 2022 ini.
“Setiap tahun, putra dan cucu saya pergi ke halaman luar masjid untuk membagikan makanan panas, kurma, air, dan laban,” katanya. “Kami semua berkumpul bersama, dan ayah mereka serta saya mengawasi proses pengemasan," cerita Abdulhakim.
“Ini adalah acara keluarga yang tidak boleh kami lakukan selama dua tahun dan itu sungguh sulit di hati kami. Bagaimana Anda bisa menghentikan kebiasaan selama 35 tahun yang sekarang tumbuh menjadi acara keluarga?” kisah Abdulhakim yang harus menghentikan kegiatan memberi makan jamaah setiap tahun bersama keluarganya.
Pada 6 Maret tahun ini, otoritas Saudi mengumumkan pencabutan sebagian besar pembatasan Covid-19. Jarak sosial tidak lagi diperlukan di tempat-tempat umum, termasuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Keesokan harinya, ratusan jamaah berkumpul untuk menunaikan salat subuh bersama di Masjidil Haram, berdiri bahu-membahu untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
“Ini yang kami tunggu-tunggu; kita bisa menjalankan ritual dan tradisi kita di Ramadan ini dan kita berharap ini akan menjadi yang terakhir kita mendengar tentang Covid-19, ”kata Abdulhakim.
Baca Juga: Arab Saudi Batasi Volume Pengeras Suara Dalam di Masjid, Tak Boleh Lewati Sepertiga Batas Maksimal
Abdulhakim tampak berkaca-kaca mengatakan, “Dalam skema besar, waktunya tidak bisa lebih baik, dengan Ramadan tepat di depan pintu rumah kami. Saya akan bersama cucu-cucu saya untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun. Rumah saya akan kembali penuh, dengan semua orang di bawah satu atap pada hari pertama Ramadan. Ini bisa menjadi akhir dari Covid-19 seperti yang kita ketahui.”
Otoritas Arab Saudi juga baru-baru ini mengumumkan pencabutan larangan penerbangan ke dan dari 17 negara yang sebelumnya dianggap berisiko tinggi karena ketidakstabilan domestik dan tingkat infeksi Covid-19 yang tinggi.
Selain itu, pelancong tidak lagi diharuskan menunjukkan bukti vaksinasi, karantina setelah kedatangan, atau mengikuti tes PCR sebelum keberangkatan atau kedatangan di salah satu titik masuk Kerajaan Saudi.
Sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan jumlah jamaah dan memastikan haji yang bebas dari masalah, Kementerian Haji dan Umrah Saudi mengatakan umat Islam yang ingin melakukan umrah atau shalat di Rawdah di Masjid Nabawi masih perlu mengajukan izin melalui aplikasi Eatmarna atau Tawakkalna. Masker wajah juga akan tetap menjadi kewajiban.
Bagi umat Islam, Ramadan bukan hanya bulan untuk berpuasa menaklukkan diri sendiri dan berdoa, tetapi juga kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga besar.
Rumah-rumah sering kali didekorasi dengan untaian lampu peri yang berkelap-kelip, ambang pintu dihiasi dengan lentera, dan spanduk bertema oriental berwarna merah dan biru digantung di langit-langit ruang tamu dan ruang makan.
Beberapa keluarga merombak total tampilan isi rumah mereka selama Ramadan, termasuk kain merah tradisional bermotif, sebagai persiapan untuk para tamu.
Baca Juga: Sambut Ramadan, Pemberontak Yaman dan Koalisi Saudi Sepakati Gencatan Senjata 2 Bulan
“Tahun ini Ramadan akan lebih istimewa karena tidak hanya ibu saya yang akan berkunjung, tetapi paman dan sepupu saya juga akan tiba dari Mesir untuk menunaikan umrah dan tinggal di tempat saya selama beberapa hari,” kata Najia Jamal, 29 tahun, seorang ibu beranak dua asal Mesir yang tinggal di Jeddah mengatakan kepada Arab News.
“Ibuku yang menarik tahun ini; dekorasi dikirim lebih awal, lengkap dengan instruksi!. Saya membeli semua makanan favorit mereka dan menyiapkan menu lengkap yang diisi dengan hidangan Saudi paling lezat." kata Najia berbinar-binar.
“Barang paling unik dan istimewa yang saya terima dari paket kiriman ibunda adalah toples tradisional berisi ful (kacang fava) yang dibeli khusus dari salah satu kawasan kota tua Kairo di mana segala macam produk tradisional Ramadan dapat ditemukan dan dibeli disana.
“Ini adalah perayaan istimewa. Saya tidak menemukan satupun rumah tangga yang tidak habis-habisan dengan dekorasi dan saling memberi hadiah Ramadan, seperti lampion atau kurma atau perlengkapan dekorasi untuk anak-anak.
“Kabar baiknya, ini membuat kita lupa bahwa Covid-19 masih menjadi ancaman. Ini menjadi perhatian kecil sekarang. Saatnya menyambut bulan tanpa rasa takut dan kia bisa berbagi kasih dengan keluarga.”
Bibi Najia Jamal, Gawdat Hafez, adalah seorang pensiunan karyawan Saudia Airlines di Kairo, dia berharap bisa memberi kejutan buat keponakannya dengan lentera khusus dari penjual terkenal di lingkungan Sayyida Zainab Kairo.
“Senang bisa bertemu keponakan saya lagi dan membuatnya merasakan rumah,” katanya kepada Arab News. “Ini adalah bulan memberi, persatuan dan ikatan keluarga dan waktu untuk melupakan dua tahun terakhir.”
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.