DILI, KOMPAS.TV - Peraih Nobel Jose Ramos-Horta unggul telak dalam penghitungan suara pemilihan presiden (Pilpres) Timor Leste dengan lebih dari 90 persen suara telah dihitung.
Namun hampir dipastikan Pilpres akan berlanjut ke putaran kedua karena tidak ada kandidat yang meraih suara lebih dari 50 persen, seperti dilaporkan France24, Senin (21/3/2022).
Financial Review, Senin sore, melaporkan, dengan proses penghitungan suara berada di tingkat 92 persen, Ramos-Horta meraih 45,4 persen suara dan Lu Olo Guterres meraih 22,8 persen suara.
Lembaga pemantau pemilu, ANFREL, mengatakan, partisipasi pemilih melebihi 70 persen, seraya memuji pemilu presiden yang berlangsung transparan dan damai.
Jika Ramos-Horta dipastikan tidak mendapatkan 50 persen suara sah plus satu atau lebih, kedua politisi veteran itu akan saling berhadapan dalam pemilihan putaran kedua.
Gambaran yang lebih pasti dari hasil Pilpres diharapkan akan dapat diketahui pada Senin sore, tetapi jika tidak ada kandidat yang mendapatkan lebih dari 50 persen suara, pemungutan suara dipastikan akan lanjut ke putaran kedua pada 19 April antara dua pesaing teratas.
Berbicara di ibu kota Dili pada Minggu (20/3/2022), Ramos-Horta mengatakan, dia yakin akan meraih kemenangan awal.
"Pemilihan saya di putaran pertama... sebenarnya akan menyebabkan gempa politik di parlemen nasional, yang akan menyebabkan disintegrasi aliansi saat ini," katanya.
Baca Juga: Pilpres Timor Leste Hari Ini, Jose Ramos-Horta dan Petahana Lu Olo Guterres Bersaing Ketat
Ramos-Horta yang kini berusia 72 tahun dan sebelumnya menjabat presiden dari 2007 hingga 2012, mengatakan dalam pidato kepada Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia pekan lalu, dia merasa terdorong mencalonkan diri untuk menjaga integritas konstitusional Timor Leste.
Di Timor Leste, presiden bertanggung jawab membentuk pemerintah dan memiliki kekuasaan untuk memveto para menteri dan membubarkan Parlemen.
Pada tahun 2018, Presiden petahana Lu Olo Guterres menolak mengambil sumpah tujuh menteri dari partai CNRT yang memicu kebuntuan yang akhirnya mendorong CNRT untuk menarik dukungannya.
Hampir dua puluh tahun sejak kemerdekaan, Timor Leste, negara berpenduduk 1,3 juta orang yang bergantung pada minyak dan gas alam ini, dipandang tertatih-tatih memperjuangkan stabilitas politik dan pembangunan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Financial Review
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.