Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Bisakah Netralitas Bantu Akhiri Perang Ukraina? Ini Penjelasannya

Kompas.tv - 18 Maret 2022, 06:02 WIB
bisakah-netralitas-bantu-akhiri-perang-ukraina-ini-penjelasannya
Seorang laki-laki mendorong sepedanya di Mariupol. Saat ini pembicaraan antara Rusia dan Ukraina menuju gencatan senjata setelah tiga minggu pertempuran sengit, para perunding sedang menjajaki kemungkinan “netralitas” Ukraina, bekas republik Soviet yang bergerak mendekat ke NATO berharap menjadi anggota, sehingga membuat Moskow marah, seperti dilaporkan Associated Press, Jumat, (18/3/2022) (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Setelah Perang Dunia II, Austria, yang sebelum perang bagian dari Jerman, diduduki oleh pasukan dari empat kekuatan Sekutu, yaitu Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet. 

Pada tahun 1955, keempat kekuatan itu memutuskan menarik pasukan pendudukan mereka dan membiarkan Austria merdeka, tetapi hanya setelah Moskow bersikeras bahwa parlemen Austria pertama-tama menulis ke dalam konstitusinya jaminan netralitas.

“Saya pikir itulah solusi yang mereka pikirkan saat ini, karena itu berhasil untuk Austria,” kata Muller, seorang profesor sejarah di Universitas Stockholm dan penulis buku, “Netralitas dalam Sejarah Dunia.”

Namun, Muller meragukan apakah jalan keluar diplomatik dapat ditemukan dulu, setelah begitu banyak darah tertumpah di kedua belah pihak dalam konflik.

Apakah Netralitas menawarkan jalan keluar dari krisis?

Menegaskan “Netralitas” Ukraina ke dalam kesepakatan apa pun dapat membantu mengurangi ancaman militer yang dirasakan Rusia dari arah Ukraina, terutama atas kemungkinan Ukraina menjadi anggota NATO. 

Ukraina menegaskan tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Rusia tetapi memihak aliansi untuk memastikan keamanannya.

Selama bertahun-tahun, pejabat Rusia, mulai dari Putin hingga para pejabat di bawahnya, marah dengan gerakan merayap NATO ke arah timur setelah Perang Dingin, usai Pakta Warsawa yang dipimpin Soviet bubar.

Estonia, Latvia, dan Lituania adalah bekas republik Soviet yang sekarang anggota NATO.

Perang singkat pada tahun 2008 antara Rusia dan Georgia, yang menyebabkan lepasnya secara de facto dua wilayah Georgia dari peta nasionalnya, membuat ambisi Georgia sendiri untuk menjadi anggota NATO langsung pupus.

Ketika Ukraina tertarik lebih dekat ke Barat tahun 2014, Rusia mencaplok Krimea di semenanjung Laut Hitam dan separatis pro-Rusia menguasai bagian-bagian Ukraina timur pada tahun 2014. 

Tindakan tersebut malah meningkatkan hasrat Kiev untuk bergabung dengan NATO, bahkan jika pengakuan itu masih jauh. Setelah hubungan yang intim antara NATO dan Ukraina, termasuk melibatkan senjata dan penasihat militer, Rusia mencapai titik didih dan murka sejak tahun lalu.

Baca Juga: Perundingan Rusia-Ukraina Berlanjut via Sambungan Video, Berlangsung Sengit tapi Ada Kemajuan

Rusia mengamuk setelah Presiden Vladimir Putin dihina Joe Biden sebagai penjahat perang, Rabu (16/3/2022). (Sumber: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Bagaimana negera lain menerima konsep netralitas?

Negara-negara Eropa yang paling terkait dengan netralitas menerimanya dengan cara yang berbeda. Kadang-kadang menjadi lebih mudah melihatnya secara geografi, seperti dalam kasus Swedia dan negara-negara Nordik lainnya yang berada di selatan Laut Baltik.

Terkadang, Netralitas terasa dipaksakan. Muller mencatat Finlandia.

Selama Perang Dingin, Finlandia ditekan habis oleh Uni Soviet untuk tidak menentang aturan kebijakan luar negerinya.

Finlandia memihak Nazi Jerman selama Perang Dunia II dan memiliki perbatasan 1.340 kilometer dengan Rusia.

“Mereka selalu harus mempertimbangkan apa reaksi Soviet nantinya,” kata Muller mengenang masa Uni Soviet d Finlandia

Swiss, pada akhir perang penaklukan oleh kaisar Prancis Napoleon awal abad ke-19, menganut netralitas yang dijamin oleh kekuatan besar saat itu di Eropa pada Kongres Wina pada tahun 1815, kata Muller.

Selama generasi berikutnya, netralitas Swiss mendarah daging dan kini telah menjadi “bagian dari identitas nasional,” tambahnya.

Seberapa jauh konsep Netralitas dalam sejarah?

Konsep Netralitas sendiri sudah berusia ribuan tahun, seperti ketika beberapa negara-kota Yunani berusaha untuk menghindari terjerat dalam Perang Peloponnesia pada abad ke-5 SM, netralitas dalam pengertian modern di Eropa berasal dari abad ke-18, setelah Perjanjian Westphalia, yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun dan mencontohkan munculnya hukum internasional, kata Muller.

Beberapa negara mulai memilih netralitas karena kepentingan mereka, tetapi juga sebagai pilihan moral, katanya.

Ketika tidak jelas bagaimana memilih "siapa orang baik, dan siapa orang jahat," kata Muller, "maka, secara moral boleh saja berada di antara keduanya."




Sumber : Kompas TV./ Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x