SANA'A, KOMPAS.TV - Eskalasi konflik di Yaman semakin berbahaya beberapa pekan terakhir.
Pada Januari lalu, jumlah korban sipil dalam sebulan tercatat paling tinggi dibanding tiga tahun terakhir.
Selain itu, sekitar delapan juta warga Yaman terancam kehilangan pasokan makanan dan obat-obatan.
Pasalnya, bantuan internasional hampir habis dan diperkirakan akan terputus pada Maret mendatang.
Hal tersebut disampaikan utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Hans Grundberg dan kepala bantuan kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, Selasa (15/2/2022).
Perang tujuh tahun terkini menyengsarakan warga Yaman, negara termiskin di kawasan Arab.
Belakangan ini, perluasan medan tempur membuat warga semakin sengsara.
Grundberg dan Griffiths menyebut hampir dua pertiga program bantuan PBB terpaksa ditarik atau ditutup akibat konflik.
Baca Juga: Stasiun Satelit Yaman Hancur! Koalisi Saudi Hancurkan Lewat Serangan Udara
Grundberg pun memperingatkan potensi konflik antara pemberontak Houthi dan pasukan koalisi Arab Saudi bisa meluas hingga tak terkontol.
Ia merujuk serangan Houthi ke wilayah Uni Emirat Arab dan Arab Saudi pada awal tahun ini.
“Konflik ini berisiko menjalar tak terkontrol kecuali upaya serius segera dilakukan oleh pihak-pihak Yaman, kawasan, dan komunitas internasional untuk mengakhiri konflik,” kata Grundberg dikutip Associated Press.
Diplomat asal Swedia itu juga mengecam serangan udara koalisi ke penjara di Sa’ada yang menewaskan setidaknya 87 orang.
Serangan koalisi yang semakin intensif, di antaranya ke San’aa dan Al-Hudaydah, juga menelan korban sipil.
Sementara itu, Grifiths menyebut lebih dari 650 warga sipil terbunuh atau cedera selama Januari akibat serangan udara, tembakan, dan bentuk kekerasan yang lain.
“Perang ini mengenai orang-orang di rumah mereka, di sekolah, masjid, rumah sakit, dan tempat-tempat lain yang seharusnya warga sipil dilindungi di sana,” kata Griffiths.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.