BRUSSELS, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan keprihatinan bahwa Rusia melanjutkan mobilisasi militernya di sekitar Ukraina. Saat ini Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan dan peralatan militer ke Belarus dalam 30 tahun terakhir.
“Selama beberapa hari terakhir, kami melihat pergerakan signifikan pasukan militer Rusia ke Belarusia. Ini adalah penempatan Rusia terbesar di sana sejak Perang Dingin,” kata Stoltenberg kepada wartawan di markas NATO di Brussels, seperti dilansir Associated Press, Kamis (3/2/2022).
Dia mengatakan jumlah pasukan Rusia di Belarusia kemungkinan akan meningkat menjadi 30.000 personel dengan dukungan pasukan khusus, jet tempur canggih, rudal balistik jarak pendek Iskander dan sistem pertahanan rudal darat-ke-udara S-400.
“Jadi kita berbicara tentang berbagai kemampuan militer modern. Semua ini akan digabungkan dengan latihan kekuatan nuklir tahunan Rusia, yang diperkirakan akan berlangsung bulan ini,” kata Stoltenberg.
Stoltenberg memperbaharui seruannya kepada Rusia untuk "mengurangi eskalasi," dan mengulangi peringatan dari Barat, "Setiap agresi Rusia lebih lanjut akan memiliki konsekuensi yang parah dan membawa harga yang mahal."
NATO tidak berniat mengerahkan pasukan ke Ukraina jika Rusia menyerang, tetapi NATO mulai memperkuat pertahanan negara-negara anggota terdekat, terutama Estonia, Latvia, Lituania, dan Polandia.
Aliansi NATO yang beranggotakan 30 negara itu juga berencana memperkuat pertahanan di wilayah Laut Hitam dekat Bulgaria dan Rumania.
Stoltenberg menerima keputusan Presiden Joe Biden pada hari Rabu untuk mengirim 2.000 tentara yang berbasis di Amerika Serikat ke Polandia dan Jerman dan untuk memindahkan 1.000 lagi dari Jerman ke Rumania, menunjukkan kepada sekutu dan lawan, akan komitmen Washington terhadap sayap timur NATO.
“Kami berkomitmen untuk menemukan solusi politik untuk krisis, tetapi kami harus bersiap untuk yang terburuk,” kata Stoltenberg, dan dia menghargai tawaran pasukan dan peralatan baru-baru ini dari beberapa sekutu. Rusia keberatan dengan langkah pasukan dan menggambarkannya sebagai "destruktif."
Erdogan, sekutu NATO terkemuka di wilayah Laut Hitam, memosisikan dirinya sebagai mediator.
Berbicara sebelum berangkat ke Kyiv, dia menegaskan kembali dukungan Turki untuk integritas teritorial Ukraina dan mengatakan Ankara siap melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketegangan.
“Kami mengikuti dengan cermat tantangan yang dihadapi Ukraina serta ketegangan di kawasan itu,” katanya. “Sebagai negara Laut Hitam, kami mengundang semua pihak untuk menahan diri dan berdialog untuk membawa perdamaian ke kawasan ini.”
Baca Juga: NATO Sebut Lebih dari 100.000 Tentara Rusia ada di Perbatasan Ukraina
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.