Kompas TV internasional kompas dunia

Bos Keamanan Ukraina: Pelaksanaan Kesepakatan Damai Minsk tentang Ukraina Timur Bisa Bikin Kekacauan

Kompas.tv - 1 Februari 2022, 06:20 WIB
bos-keamanan-ukraina-pelaksanaan-kesepakatan-damai-minsk-tentang-ukraina-timur-bisa-bikin-kekacauan
Oleksiy Danilov, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional, wawancara dengan Associated Press di Kyiv, Ukraina, Senin, 31 Januari 2022. Ukraina memiliki kemampuan untuk memobilisasi 2,5 juta orang sekaligus jika terjadi invasi Rusia. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

KYIV, KOMPAS.TV - Ukraina memperingatkan Barat agar tidak memaksa untuk memenuhi kesepakatan damai Ukraina timur yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Dia menuduh upaya untuk menerapkan kesepakatan damai itu dapat memicu kerusuhan internal yang akan menguntungkan Moskow.

Kepada Associated Press, Senin (31/1/2022), Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov mengatakan, Ukraina perlu merevisi kesepakatan damai 2015 yang ditandatangani di Minsk yang mengharuskan Ukraina memberikan otonomi luas ke timur yang dikuasai pemberontak dan amnesti menyeluruh kepada pemberontak.

“Pemenuhan perjanjian Minsk berarti kehancuran negara,” kata Danilov. “Ketika ditandatangani di bawah laras senjata Rusia, sementara Jerman dan Prancis mengawasi, sudah jelas bagi semua orang yang rasional, tidak mungkin mengimplementasikan dokumen-dokumen itu.”

Perjanjian tersebut, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman setelah serangkaian kekalahan militer Ukraina, secara luas dibenci oleh publik Ukraina sebagai pengkhianatan terhadap kepentingan nasional mereka. Zelenskyy dan pejabatnya telah berulang kali menyerukan modifikasi.

Moskow dengan tegas menolak untuk mengubah perjanjian Minsk dan mengkritik sekutu Barat Ukraina karena gagal mendorong Ukraina untuk memenuhi kewajibannya.

Utusan dari Rusia, Ukraina, Prancis dan Jerman bertemu Rabu selama lebih dari delapan jam di Paris untuk membahas cara-cara untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk.

Mereka tidak membuat kemajuan yang terlihat tetapi sepakat untuk bertemu lagi dalam dua minggu di Berlin.

Danilov memperingatkan Barat agar tidak menekan Ukraina untuk memenuhi kesepakatan Minsk, dengan mengatakan hal itu akan memicu ketidakstabilan yang berbahaya.

"Jika mereka bersikeras untuk memenuhi perjanjian Minsk sebagaimana adanya, itu akan sangat berbahaya bagi negara kita. Masyarakat tidak menerima perjanjian itu, (karena) itu dapat menyebabkan situasi internal yang sangat sulit dan Rusia mengharapkan kekacauan internal itu."

Baca Juga: Putin Diyakini Tak Akan Berhenti Hanya dengan Menyerang Ukraina, Peringatan untuk Eropa

Foto disediakan oleh Layanan Pers Pertahanan Ukraina dan diambil pada 30 Januari 2022, instruktur AS melatih tentara Ukraina untuk menggunakan rudal M141 Bunker Defeat Munition (SMAW-D) di tempat pelatihan militer Yavoriv, dekat Lviv, Ukraina barat. (Sumber: Ukrainian Defense Ministry Press Service via AP)

Dia juga berpendapat bahwa jika Ukraina menghormati kesepakatan, itu akan memungkinkan Rusia untuk menuntut pencabutan sanksi Barat yang bergantung pada kemajuan dalam menerapkan perjanjian Minsk.

Danilov menyerukan untuk merundingkan dokumen baru yang dapat diimplementasikan secara realistis, seraya menambahkan dokumen itu harus memaksa Putin untuk menarik pasukan dan tanknya kembali.

Dia mengecam tuntutan Rusia kepada NATO untuk melarang Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut, dengan mengatakan Ukraina yang merupakan bekas republik Soviet sudah membuat pilihan untuk berusaha berintegrasi ke dalam NATO dan Uni Eropa, yang tercermin dalam konstitusinya.

“Tidak ada yang berhak mendikte kami apakah kami harus atau tidak bergabung dengan aliansi,” kata Danilov. "Itu hak kedaulatan rakyat."

Dia juga mencatat Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata Barat, dengan mengatakan, "Itu satu-satunya permintaan kami kepada mitra kami, beri kami lebih banyak senjata untuk membela diri."

Dia mengkritik Jerman karena menolak memberikan senjata kepada Ukraina, dan menuduh bahwa Berlin juga gagal meminta maaf secara layak kepada Ukraina atas kejahatan Nazi selama Perang Dunia II ketika Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.

"Sayangnya, mereka tidak meminta maaf karena membunuh jutaan warga kami," katanya. “Mereka meminta maaf kepada Rusia seolah-olah kami adalah satu negara. Mereka seharusnya tidak berbicara tentang demokrasi saat itu dan mengatakan bahwa mereka mendukung rezim otoriter dan bermitra dengan mereka.”

Baca Juga: Presiden Amerika Serikat Bertemu Emir Qatar Bahas Potensi Krisis Gas Eropa Bila Rusia Serang Ukraina

Di kesempatan sama, Danilog menegaskan, negaranya mampu memanggil hingga 2,5 juta orang jika Rusia melakukan invasi.

Sekitar 120.000 tentara Rusia yang terkonsentrasi di dekat Ukraina dan Moskow dapat melakukan provokasi setiap saat. Tetapi Danilov berpendapat, meluncurkan invasi penuh akan membutuhkan persiapan besar-besaran yang akan mudah terlihat.

“Periode persiapan yang akan diperhatikan oleh seluruh dunia bisa memakan waktu tiga hingga tujuh hari,” kata Danilov.

“Kami belum melihatnya. Kami jelas memahami apa yang terjadi dan kami dengan tenang mempersiapkannya.”

Danilov menyesalkan keputusan Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman dan Kanada untuk menarik beberapa diplomat dan keluarga mereka dari ibu kota Ukraina, Kyiv. Dia mengatakan langkah itu tidak menyenangkan, karena merasa sekarang belum ada ancaman peperangan.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melalui telepon pada hari Kamis, ada kemungkinan yang spesifik Rusia dapat menyerang negara itu pada bulan Februari.

Tetapi pemimpin Ukraina mengecilkan kekhawatiran akan perang dengan alasan, penumpukan pasukan Rusia masih menjadi bagian dari upaya Moskow untuk memberikan tekanan psikologis dan menabur kepanikan.

“Kami tidak bisa membiarkan kepanikan di negara ini,” kata Danilov kepada AP.

“Sangat sulit bagi kami untuk mempertahankan kendali atas situasi ekonomi ketika semua media terus mengatakan bahwa perang akan dimulai besok. Kepanikan adalah saudara perempuan dari kekalahan.”

Penduduk setempat berlatih di dekat Kyiv, Ukraina, Minggu, 30 Januari 2022. Menlu Rusia mengklaim bahwa NATO ingin menarik Ukraina ke dalam aliansi, di tengah meningkatnya ketegangan atas ekspansi NATO dan kekhawatiran bahwa Rusia bersiap untuk menyerang Ukraina. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)

Danilov mengatakan Ukraina memiliki potensi untuk secara cepat dan dramatis meningkatkan militernya yang berkekuatan 250.000 orang jika terjadi serangan Rusia.

“Mereka akan menghadapi tanggapan dari masyarakat kita, warga negara kita, militer kita,” kata Danilov kepada AP. “Kami dapat menempatkan 2 (juta) hingga 2,5 juta orang lengkap dengan senjata.”

Dia mencatat hingga 420.000 orang Ukraina punya pengalaman tempur dalam pertempuran dengan separatis yang didukung Rusia di Ukraina Timur. Selain itu, hingga 1 juta di negara berpenduduk 41 juta orang itu punya izin berburu.

Danilov merujuk pengumuman Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada hari Senin bahwa mereka telah menggagalkan rencana kerusuhan di Kyiv dan kota-kota Ukraina lainnya. Kerusuhan itu merupakan harapan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai tujuannya menghancurkan Ukraina melalui destabilisasi internal bahkan tanpa invasi.

“Sayangnya, kami memiliki banyak agen dengan pengaruh Federasi Rusia di sini, yang berada di balik rencana mengacaukan negara kami dari dalam,” katanya sambil menunjuk sebuah partai pro-Rusia yang memiliki kehadiran yang cukup besar di parlemen Ukraina.

Baca Juga: Rusia Disebut Kian Dekat Serang Ukraina, Telah Tempatkan Pasokan Darah di Perbatasan Ukraina

Peta wilayah Crimea Ukraina yang dianeksasi Rusia di selatan, dan wilayah yang dikuasai separatis yang didukung Rusia di Timur Ukraina. Danilov hari Senin, (31/1/2022) memperingatkan Barat agar tidak menekan Ukraina untuk memenuhi kesepakatan Minsk, dengan mengatakan hal itu akan memicu ketidakstabilan yang berbahaya. (Sumber: France24)

Setelah penggulingan presiden yang bersahabat dengan Kremlin di Kyiv pada 2014, Moskow mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan mendukung pemberontakan di jantung industri timur negara itu.

Pertempuran antara pasukan Ukraina dan pemberontak yang didukung Rusia telah menewaskan lebih dari 14.000 orang, dan upaya untuk mencapai penyelesaian di sana terhenti.

Sejak awal konflik separatis di Ukraina, Rusia dituduh mengirim pasukan dan senjata ke separatis, sesuatu yang dibantah Rusia.

Namun Rusia telah memberikan lebih dari 700.000 paspor Rusia kepada orang-orang yang tinggal di daerah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur.

“Saya punya pertanyaan, mengapa Barat tidak bereaksi terhadap itu?” kata Danilov.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x