Mujahid menambahkan tantangan terbesar sejauh ini adalah menemukan atau membangun cukup asrama, atau penginapan yang bisa ditinggali gadis untuk sekolah.
Di aera yang berpopulasi besar, tak ada cukup kelas yang memisahkan kelas bagi perempuan dan pria.
Ia menegaskan bahwa gedung sekolah yang terpisah sangat dibutuhkan.
“Kami tak menentang pendidikan,” tutur Mujahid.
Perintah Taliban sejauh ini tidak menentu, bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lainnya.
Para gadis tak diizinkan kembali ke ruang kelas di sekolah negeri untuk berada di atas kelas 7, kecuali di sekitar 10 dari 34 provinsi di Afghanistan.
Di ibu kota Kabul, universitas swasta dan sekolah menengah terus beroperasi tanpa gangguan.
Baca Juga: Kemlu Tegaskan RI Tak Akui Pemerintahan Taliban meski Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Afghanistan
Kebanyakan hanya gangguan kecil dan kelas selalu dipisahkan.
“Kami berusaha menyelesaikan masalah ini pada tahun mendatang, sehingga sekolah dan universitas dapat dibuka,” tuturnya.
Meski begitu komunitas internasional tetap skeptis dengan pengumuman Taliban.
Mereka mengatakan bakal menilai ucapan Taliban dari aksi mereka.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.