“Jadi kami perlu memberitahu mereka, sejak 15 Januari, Anda tak akan bisa lagi pergi ke restoran. Anda tak akan bisa lagi pergi untuk membeli kopi, pergi ke teater, dan pergi ke bioskop,” tambah Macron.
Namun, pernyataan Macron itu malah mengundang kemarahan.
Apalagi, Macron disebut telah menggunakan bahasa vulgar yang memecah belah dengan menggunakan bahasa slang untuk mengatakan ia ingin mempersulit hidup orang yang tak divaksinasi.
Macron saat itu menggunakan istilah emmerder, atau ingin membuat para anti-vaksin marah dengan pembatasan yang ia terapkan.
Kandidat Presiden Prancis dari Partai Republik Sayap Kanan, Valerie Pecresse, mengungkapkan kemarahannya bahwa Macron telah menuduh orang yang tak divaksin bukan sebagai warga negara.
“Anda harus menerima mereka apa adanya. Bimbing mereka, buat mereka bersatu, dan tidak menghina mereka,” ujar Pecresse kepada CNews.
Baca Juga: Pernyataan Mengejutkan Macron: Tak Ada Artinya Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin di China
Kandidat Presiden Sayap Kanan lainnya, Marine Le Pen, juga mengungkapkan kritikannya terhadap Macron.
“Presiden seharusnya tak berkata seperti itu. Emmanuel Macron tak layak untuk kantornya,” cuit Le Pen di Twitter.
Sedangkan politisi sayap kiri, Jean-Luc Melenchon menggambarkan pernyataan tersebut sebagai pengakuan yang menakjubkan.
Jelas, kartu vaksinasi merupakan hukuman kolektif terhadap kebebasan individual,” ujarnya.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.