YERUSALEM, KOMPAS.TV - Tahanan Palestina yang melakukan mogok makan selama lebih dari 140 hari untuk memprotes penjara tanpa proses pengadilan, akhirnya setuju untuk mengakhiri puasanya, Selasa (4/1/2022).
Mereka mengakhiri protes setelah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk mendapatkan kebebasan bulan depan.
Hisham Abu Hawash, 40 tahun, ayah lima anak dan anggota kelompok militan Jihad Islam, termasuk di antara beberapa warga Palestina yang melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan.
Pengacaranya, Jawad Boulos, mengatakan dia setuju untuk mengakhiri mogok makan setelah Israel berjanji untuk membebaskannya pada 26 Februari. Namun belum ada komentar dari pejabat Israel mengenai keputusan ini.
Seperti dikutip dari The Associated Press, warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza telah berdemonstrasi untuk mendukung Abu Hawash.
Sementara itu Pasukan Jihad Islam telah mengancam aksi militer terhadap Israel, jika Abu Hawash meninggal dalam tahanan.
Baca Juga: Setelah UEA, Bahrain, dan Maroko, Israel Bidik Indonesia dan Arab Saudi untuk Normalisasi Hubungan
Organisasi Kerjasama Islam (OKI), sebuah blok dari 57 negara mayoritas Muslim yang bermarkas di Arab Saudi, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keprihatinan besar atas kondisi Abu Hawash.
Warga Palestina lain yang ditahan Israel memuji pemogokan itu sebagai kemenangan. Abu Hawash sebelumnya telah menghabiskan delapan tahun di penjara Israel, yang lebih dari setengahnya merupakan penahanan administratif.
Sebanyak 2,5 juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat harus tunduk pada pengadilan militer Israel. Sedangkan pemukim Yahudi yang tinggal di wilayah itu tunduk pada sistem peradilan sipil Israel.
Di bawah penahanan administratif, yang jarang diberikan pada orang Yahudi, tersangka dapat ditahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun tanpa menghadapi dakwaan atau tanpa melihat bukti yang memberatkan mereka.
Hal ini terjadi karena Israel menganggap Pasukan Jihad Islam, yang telah menewaskan puluhan orang Israel, sebagai kelompok teroris.
Baca Juga: Emma Watson Beri Dukungan untuk Palestina, Diplomat Israel Langsung Mencibir
Israel mengatakan penahanan administratif diperlukan untuk menggagalkan serangan dan menahan gerilyawan berbahaya tanpa mengungkapkan sumber intelijen.
Kelompok hak asasi Israel dan internasional mengatakan praktik tersebut menyangkal hak individu untuk mendapatkan proses hukum. Ratusan warga Palestina telah ditahan dalam penahanan administratif.
Para demonstran mogok makan Palestina kini dipindahkan ke rumah sakit Israel dan berada di bawah penjagaan ketat, karena kondisi mereka memburuk.
Petugas medis memberi mereka air dan mendesak mereka untuk minum vitamin, yang kerap mereka tolak.
Foto-foto yang beredar di media online dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan Abu Hawash yang berada di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat.
Baca Juga: Israel Balas Roket Tahun Baru Hamas dengan Serangan Udara
Kekurangan vitamin dari mogok makan yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan saraf yang tidak dapat diperbaiki.
Banyak di antara mantan pejuang mogok makan Palestina mengatakan mereka berjuang untuk melanjutkan kehidupan normal setelah dibebaskan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.