TEHERAN, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negara tersebut, Minggu (19/12/2021).
Varian mutasi Covid-19 itu terdeteksi pada warga Iran berusia setengah baya yang baru saja pulang dari Uni Emirat Arab (UEA).
Dikutip dari Al-Jazeera, kementerian tersebut saat ini juga tengah mengawasi dua kasus mencurigakan lainnya.
Baca Juga: Universitas Ini Cabut Kipas Angin Gantung di Asrama usai 3 Mahasiswa Bunuh Diri Menggunakannya
Berita ini datang setelah pada beberapa pekan terakhir, Iran merasakan ketenangan menyusul rendahnya angka infeksi, perawatan rumah sakit, dan kematian akibat Covid-19.
Hal itu berkaitan dengan kampanye vaksinasi yang meluas di negara tersebut.
Lebih dari 60 persen populasi yang memenuhi syarat telah menerima dua dosis vaksin, dan kebanyakan orang sekarang dapat menerima suntikan booster.
Iran yang berpenduduk sekitar 85 juta jiwa, telah memproduksi sejumlah vaksin secara lokal.
Beberapa di antaranya sekarang digunakan dalam kampanye vaksinasi nasional dan diharapkan akan diluncurkan dalam skala yang lebih besar di masa depan.
Baca Juga: Donald Trump Sebut Xi Jinping Pembunuh, Namun Tegaskan Miliki Hubungan Baik Dengannya
Tetapi Iran merupakan negara di Timur Tengah yang paling terdampak Covid-19, dengan lebih dari 6,1 juta kasus, dan lebih dari 131.000 kematian.
Angka kematian harian di Iran menurun menjadi dua digit, setelah angka tertinggi, 709 kematian, pada akhir Agustus lalu.
Pada Minggu (19/12/2021), Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan telah terjadi 50 kematian dan 1.968 kasus baru Covid-19.
Namun dengan terdeteksinya varian Omicron di negara tersebut, pejabat kesehatan juga memperingatkan konsekuensi berat bagi Iran jika protokol kesehatan tak dipatuhi.
Komite ilmiah gugus tugas anti-virus Corona nasional menyerukan agar tempat-tempat pertemuan tertutup seperti sekolah, konser dan restoran, segera ditutup.
Baca Juga: Ahli Kesehatan AS Sebut Omicron akan Menyebar dengan Cepat saat Natal
Hal itu setidaknya dilakukan selama empat pekan untuk mencegah penyebaran cepat varian Omicron.
Namun penutupan yang meluas seperti itu tampaknya sangat tak mungkin terjadi karena Iran jarang menggunakannya bahkan pada saat-saat terburuk.
Iran pada awal bulan ini mulai secara bertahap menerapkan rencana protokol pintar yang memungkinkan hampir semua kegiatan untuk warga negara yang sudah divaksinasi.
Namun, hal itu dibatasi untuk individu yang tak divaksinasi, misalnya dalam perjalanan.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.