NAIROBI, KOMPAS.TV - Jajaran terumbu karang di Samudra Hindia bagian barat terancam keruntuhan total dalam 60 tahun ke depan, akibat kenaikan suhu air laut dan penangkapan ikan yang berlebihan, seperti dilansir Straits Times mengutip AFP, Selasa (07/12/2021).
Temuan itu muncul dalam hasil studi yang fokus mempelajari ekosistem perairan wilayah Samudra Hindia bagian barat.
Temuan tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability hari Senin (06/12/2021), memperingatkan bahwa terumbu karang di sepanjang pantai timur Afrika dan negara-negara kepulauan seperti Mauritius dan Seychelles menghadapi risiko kepunahan yang tinggi kecuali tindakan segera diambil.
Untuk pertama kalinya peneliti bisa menilai kerentanan terumbu karang di barat Samudra Hindia, dan mengidentifikasi ancaman utama terhadap kesehatan karang.
Mereka menemukan semua terumbu di wilayah ini menghadapi "kehancuran ekosistem total dan kerusakan permanen" dalam beberapa dekade ke depan. Selain itu, kenaikan suhu permukaan laut saat ini membuat beberapa habitat terumbu karang terancam punah.
"Temuan ini cukup serius. Terumbu karang ini rentan terhadap keruntuhan," kata penulis utama David Obura, direktur pendiri di Cordio Afrika Timur, sebuah lembaga penelitian kelautan yang berbasis di Kenya, kepada AFP seperti dilansir Straits Times.
"Tidak ditemukan wilayah di mana terumbu karang dalam keadaan sehat sepenuhnya. Mereka semua agak menurun, dan itu akan terus berlanjut."
Studi tersebut, yang ditulis bersama dengan International Union for Conservation of Nature, di mana mereka menilai 11.919 kilometer persegi terumbu karang mewakili sekitar lima persen dari total luas terumbu karang secara global.
Terumbu karang yang mengelilingi negara-negara pulau yang indah seperti Mauritius, Seychelles, Komoro dan Madagaskar adalah yang paling menghadapi risiko, kata para peneliti.
Negara-negara tersebut adalah tujuan ekowisata ngetop yang sangat bergantung pada kelestarian lingkungan laut mereka.
Terumbu karang hanya menutupi sebagian kecil - 0,2 persen - dari dasar laut, tetapi mereka adalah rumah bagi setidaknya seperempat dari semua hewan dan tumbuhan laut.
Baca Juga: Waduh 14 Persen Terumbu Karang Dunia Musnah Satu Dekade Terakhir Akibat Pemanasan Global
Selain menopang ekosistem laut, terumbu karang juga menyediakan protein dan pekerjaan bagi masyarakat pesisir, dan perlindungan dari badai dan erosi garis pantai bagi ratusan juta orang di seluruh dunia.
Obura mengatakan terumbu karang yang sehat "sangat berharga" dan kehilangannya akan menjadi "kecelakaan ganda".
“Untuk keanekaragaman hayati, tetapi juga segala macam ekonomi pesisir yang bergantung pada terumbu karang,” katanya.
Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan karang secara keseluruhan di Samudra Hindia bagian barat, tempat para ilmuwan mengatakan suhu air laut memanas lebih cepat daripada di bagian lain dunia.
Lautan menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, melindungi permukaan tanah tetapi menghasilkan gelombang panas laut yang besar dan berdurasi lama sehingga mendorong banyak spesies karang melewati batas toleransi dan kemampuan mereka.
Namun di sepanjang pantai timur benua Afrika dari Kenya hingga Afrika Selatan, tekanan dari penangkapan ikan yang berlebihan juga diidentifikasi sebagai momok besar lainnya pada ekosistem terumbu karang.
Temuan itu menggarisbawahi kebutuhan untuk segera mengatasi ancaman global terhadap terumbu karang dari perubahan iklim, dan ancaman lokal seperti penangkapan ikan yang berlebihan, kata Obura.
"Kita perlu memberikan kesempatan terbaik bagi terumbu karang ini. Untuk melakukan itu, kita harus mengurangi pendorong, dan membalikkan tekanan pada terumbu karang," katanya.
Pada bulan Oktober, survei kesehatan karang global terbesar yang pernah ada mengungkapkan penangkapan ikan dengan dinamit, polusi tetapi terutama pemanasan global telah memusnahkan 14 persen terumbu karang dunia dari 2009 hingga 2018.
Sumber : Straits Times/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.