KAIRO, KOMPAS.TV — Pengadilan di Libya pada hari Kamis (02/11/2021) menjatuhkan putusan putra mendiang diktator Libya Moammar Gadhafi, Seif al-Islam, dapat bersaing dalam pemilihan presiden mendatang.
Keputusan ini sekaligus membatalkan keputusan badan pemilihan tinggi negara yang mendiskualifikasi Seif al-Islam, seperti dilansir Associated Press, Jumat (03/12/2021).
Pengadilan provinsi selatan Sabha memutuskan mendukung Seif al-Islam Gadhafi, membuatnya sah bisa bersaing dalam pemilu presiden Libya.
Selama hampir satu minggu, pengadilan tidak dapat bersidang untuk mendengarkan banding setelah gedung itu dikepung oleh orang-orang bersenjata yang menghalangi para hakim untuk masuk.
Pekan lalu, Komite Pemilihan Nasional Tinggi Libya mendiskualifikasi Seif al-Islam, mengutip vonis masa lalu terkait dengan penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Putusan diskualifikasi itu memicu Seif al-Islam mengajukan banding.
Putaran pertama pemungutan suara akan dimulai pada 24 Desember, meskipun sejumlah masalah perlu diselesaikan sebelum itu.
Masih belum jelas apakah ada tantangan hukum lebih lanjut yang dapat diajukan terhadap pencalonan Seif al-Islam.
Dalam sebuah posting Twitter Kamis malam, dia berterima kasih kepada para hakim karena mempertaruhkan keselamatan pribadi mereka, dengan mengatakan mereka mengadili “atas nama kebenaran.” Seif juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan pendukungnya.
Pemilihan itu dilakukan setelah bertahun-tahun upaya yang dipimpin PBB untuk mengantarkan masa depan yang lebih demokratis dan mengakhiri perang saudara di negara itu.
Libya dilanda kekacauan sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan Moammar Gadhafi pada 2011.
Baca Juga: Saif al-Islam al-Gaddafi Resmi Calonkan Diri Jadi Presiden Libya pada Pemilu Bulan Depan
Selama dekade terakhir, negara kaya minyak itu terpecah antara pemerintah di timur, yang didukung oleh komandan kuat Khalifa Hifter, dan pemerintahan yang didukung PBB di Tripoli, dibantu oleh milisi Libya yang berbasis di barat.
Masing-masing pihak juga mendapat dukungan dari tentara bayaran dan pasukan asing dari Turki, Rusia, Suriah dan kekuatan regional yang berbeda.
Seif al-Islam dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Tripoli tahun 2015 karena menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dalam pemberontakan 2011 terhadap ayahnya, meskipun keputusan itu dipertanyakan oleh otoritas saingan Libya.
Dia juga dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan pemberontakan.
Pemungutan suara yang akan datang menghadapi banyak tantangan, termasuk perselisihan tentang undang-undang yang mengatur pemilihan dan pertikaian sesekali di antara kelompok-kelompok bersenjata.
Hambatan lain yang menghadang pemilu bulan Desember ini termasuk keretakan dalam yang tersisa antara timur dan barat negara itu dan kehadiran ribuan pejuang dan pasukan asing.
Libya saat ini diperintah oleh pemerintah sementara yang dipilih oleh delegasi Libya setelah pembicaraan yang dipimpin PBB di Jenewa pada bulan Februari.
Beberapa tokoh terkenal lainnya telah mengajukan dokumen pencalonan mereka, termasuk Hifter, dan perdana menteri sementara negara itu, Abdul Hamid Dbeibah.
Dalam beberapa hari terakhir, pengadilan lokal telah mempertimbangkan beberapa banding terhadap kandidat presiden.
Hari Kamis, komisi tinggi pemilihan negara itu mengatakan orang-orang bersenjata menyerang empat tempat pemungutan suara yang berbeda di kota Azizia dan satu di ibu kota Tripoli.
Komisi mengatakan mereka mencuri atau menghancurkan lebih dari 2.000 kartu suara, yang diharapkan akan dibawa oleh pemilih yang memenuhi syarat pada hari pemilihan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.