Kompas TV internasional kompas dunia

Taliban Dituduh Membunuh Lebih dari 100 Mantan Pasukan Afghanistan, Disebut Aksi Balas Dendam

Kompas.tv - 2 Desember 2021, 11:03 WIB
taliban-dituduh-membunuh-lebih-dari-100-mantan-pasukan-afghanistan-disebut-aksi-balas-dendam
Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021). (Sumber: AP PHOTO/ZABI KARIMI)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

KABUL, KOMPAS.TV - Taliban dituduh telah membunuh lebih dari 100 mantan pasukan Afghanistan di empat provinsi.

Selain membunuh, Taliban dituduh menghilangkan jejak mereka selama 2,5 bulan pertama berkuasa di Afghanistan.

Tuduhan tersebut berdasarkan laporan terbaru dari Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM).

Kematian mantan pasukan Afghanistan itu menjadi bagian dari sejumlah pembunuhan dan eksekusi, yang kebanyakan sebagai aksi balas dendam, sejak kejatuhan Ashraf Ghani sebagai Presiden Afghanistan, Agustus lalu.

Baca Juga: Teror Penembakan SMA Oxford AS Tewaskan 4 Orang, Orang Tua Pelaku Sempat Dipanggil Sebelum Insiden

Dikutip dari The New York Times, pembunuhan tersebut menggarisbawahi bahaya yang dihadapi para pengkritik Taliban, aktivis dan mantan anggota pasukan Afghanistan.

Padahal saat mengambilalih kekuasaan, Taliban mengumumkan akan memberikan ampunan bagi pekerja pemerintahan dan pejabat militer.

Pada laporan yang dirilis, Selasa (30/11/2021), Lembaga HAM memberikan detail pembunuhan atau penghilangan secara paksa 47 mantan pasukan Afghanistan baik yang menyerah atau ditahan antara 15 Agustus dan 31 Oktober.

Hal itu dilakukan di empat provinsi Afghanistan, Ghazni, Helmand, Kandahar dan Kunduz.

Mereka juga mengindikasikan bahwa Taliban bertanggung jawab atas kematian dan penghilangan dari setidaknya 53 mantan anggota pasukan Afghanistan di provinsi yang sama.

“Janji pemimpin Taliban untuk memberikan amnesti tak menghentikan komandan lokal dari melakukan eksekusi atau penghilangan mantan anggota pasukan Afghanistan,” kata Direktur Lembaga HAM Asia, Patricia Gossman.

Baca Juga: Deteksi Kasus Varian Omicron Kedua, Jepang Setop Jual Tiket Pesawat

“Beban ada pada Taliban untuk menghentikan pembunuhan lebih lanjut, membuat pelaku bertanggung jawab dan memberikan kompensasi kepada keluarga korban,” tambahnya.

Gossman menambahkan bahwa pembunuhan tersebut telah berkembang menjadi upaya yang lebih disengaja untuk menghancurkan para pembangkang, dan juga mereka yang mungkin menjadi ancaman bagi pemerintah baru,

Selain itu, para pemimpin Taliban akan memaafkan kekejaman tersebut.

Juru Bicara Taliban, Inamullah Samangani, mengakui sejumlah anggotanya mungkin melakukan hal itu sebagai pembalasan.

Tetapi ia menegaskan pembunuhan dan penghilangan bukanlah kebijakan Taliban.

Samangani menegaskan bahwa Taliban saat ini secara serius menginvestigasi insiden tersebut dan membawa pelakunya untuk diadili.

Baca Juga: Taliban Disebut Sepakat Jual Ganja Rp6,2 Triliun, Pihak Pembeli Malah Bingung

“Kami berkomitmen terhadap pengampunan yang sudah kami umumkan,” katanya.

“Kami saat ini memang belum memiliki sistem keamanan, dan beberapa orang mengambil keuntungan dari itu, menyalahgunakan nama Imarah Islam dan melakukan pembunuhan semacam itu,” lanjut Samangani.

Ia pun menambahkan bahwa pembunuhan berdasarkan balas dendam bukan kebijakan dari Pemerintahan Taliban.

“Mereka melukai reputasi Imarah Islam pada kondisi kritis saat ini,” tuturnya.

 




Sumber : The New York Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x