Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian Omicron sebagai variant of concern, dan para ilmuwan saat ini berjibaku untuk meneliti perilaku varian virus tersebut.
Varian Omicron ditemukan memiliki mutasi virus yang tinggi, sehingga dianggap sangat menular dan resisten terhadap kekebalan, meskipun saat ini para ilmuwan masih meneliti kemampuan varian tersebut untuk mengelak hantaman vaksin.
"Kami tidak mengatakan bahwa tidak akan ada penyakit parah (di hari-hari) yang akan datang," tegas Dr Coetzee. "Tetapi untuk saat ini, bahkan pasien yang kami rawat, (termasuk mereka) yang tidak divaksinasi, memiliki gejala ringan".
"Saya cukup yakin ... banyak orang di Eropa sudah terinfeksi virus ini," katanya.
Baca Juga: Cegah Varian Omicron, Indonesia Larang Masuk WNA/WNI dari 11 Negara, Daftarnya Masih Bertambah
Statistik resmi menunjukkan hampir tiga perempat kasus Covid-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan dalam beberapa hari terakhir telah diidentifikasi sebagai varian Omicron.
Sejak Afrika Selatan membagikan penemuannya, sejumlah negara mendeteksi infeksi varian Omicron dalam beberapa hari terakhir, termasuk Australia, Italia, Inggris, dan Belgia.
"Kita akan melihat peningkatan kasus," Dr Coetzee memperingatkan.
Afrika Selatan yang paling terpukul di benua itu mencatat tingkat positif Covid-19 hariannya melonjak dari 3,6 persen pada hari Rabu lalu menjadi 9,2 persen pada hari Sabtu kemarin.
Namun, jumlahnya tetap relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara yang paling terkena dampak di dunia, tercatat sekitar 2,9 juta kasus infeksi dan 89.791 kematian hingga saat ini.
Sumber : Straits Times/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.