SEOUL, KOMPAS.TV - Seorang pembelot membeberkan sumber kekayaan yang didapatkan para pemimpin Korea Utara. Pembelot itu menyebut para petinggi Korut mencari uang dengan berbagai cara, mulai dari penjualan narkoba hingga dan penjualan senjata ke Timur Tengah dan Afrika.
Pembelot itu bersedia diwawancara dengan nama Kim Kuk-song. Ia mengaku sebagai petinggi dinas intelijen Korea Utara yang telah bekerja selama 30 tahun, melalui rezim Kim Jong-il hingga Kim Jong-un.
Kim Kuk-song juga mengklaim bahwa dinas intelijen Korea Utara memiliki jaringan yang bisa menjangkau seluruh dunia.
Kim Kuk-song mengaku bahwa ia dulunya adalah petugas yang taat, bahkan mengklaim sebagai “yang paling merah”. Namun, kesetiaan tidak menjamin keselamatannya di Korea Utara.
Pada 2014, Kim Kuk-song kabur ke Korea Selatan dan tinggal di Seoul, bekerja untuk intelijen negara itu.
Baca Juga: Pengakuan Pejabat Intelijen Korea Utara, Ungkap Sosok Kim Jong-un dan Perintahkan Bunuh Pembelot
Mantan pejabat tinggi Korea Utara tersebut kemudian bersedia diwawancarai BBC. Ia menuduh rezim Kim Jong-un dan pendahulunya mengatasi kesulitan dana dengan menjual senjata dan perdagangan narkoba.
Pada 1990-an, Korea Utara menghadapi bencana kelaparan yang umum disebut sebagai “Maret Sulit”. Waktu itu, Kim Kuk-song mengaku sedang bekerja di departemen operasi intelijen.
Ia mengaku diminta mengumpulkan “dana revolusi” bagi sang Pemimpin Tertinggi Kim Jong-il. Dana itu dihasilkan dari penjualan narkoba.
“Produksi narkoba di Korea Utara-nya Kim Jong-il memuncak selama Maret Sulit. Waktu itu, dinas rahasia mulai kehabisan dana revolusi bagi Pemimpin Tertinggi,” kata Kim.
“Setelah ditugasi, saya membawa tiga orang asing ke Korea Utara, lalu membangun tempat produksi di pusat latihan kantor dinas perhubungan 715 Partai Pekerja (partai berkuasa di Korut), lalu memproduksi narkoba.”
“Kami memproduksi ICE (crystal meth atau sabu-sabu). Lalu menjualnya untuk memperoleh dolar yang diberikan kepada Kim Jong-il.
Korea Utara sendiri memiliki riwayat panjang mengenai produksi obat-obatan adiktif, kebanyakan berupa heroin dan opium.
Keterangan Kim Kuk-song selaras dengan pembelot Korea Utara yang lain, Thae Yong-ho. Pada 2019, Thae menyebut Korea Utara mendukung perdagangan narkoba dan bergumul dengan masalah kecanduan narkoba di masyarakatnya.
Di lain sisi, Kim mengklaim bahwa “dana revolusi” yang dimaksud tidak bisa langsung digunakan demi kepentingan publik. Pasalnya, semua uang yang didapatkan Korea Utara dimiliki oleh pemimpinnya.
“Dengan uang itu, dia [pemimpin tertinggi] membangun villa, membeli mobil, makanan, pakaian, serta menikmati kemewahan,” kata Kim.
Kim Kuk-song juga mengklaim bahwa Pemimpin Tertinggi Korea Utara mendapatkan uang dari penjualan senjata ilegal. Ia menuduh Pyongyang menjual senjata dan teknologi militer ke negara-negara yang menghadapi perang sipil.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah menuduh Korea Utara menyuplai perlengkapan militer ke Suriah, Myanmar, Libya, dan Sudan.
Kim juga menyebut bahwa kesepakatan dengan Iran adalah bisnis senjata Korea Utara paling sukses. Pyongyang disebut menjual kapal selam militer ke Teheran.
“Ada kapal selam kecil [yang terjual], kapal semi-submersible. Korea Utara sangat bagus dalam merakit perlengkapan canggih seperti ini,” kata Kim.
Kim Kuk-song mengklaim bahwa kesepakatan itu amat sukses hingga petinggi intelijen Korea Utara berseloroh ia akan memanggil perwakilan Iran ke kolam renang pribadi untuk berbisnis.
Selain kapal selam, Korea Utara juga menjual peralatan lain ke Iran seperti rudal balistik.
Teknologi militer Korea Utara sendiri makin berkembang belakangan ini. Pada September 2021, Pyongyang menguji coba empat teknologi persenjataan baru, sebuah rudal jelajah jarak jauh, kereta peluncur rudal balistik, rudal hipersonik, serta rudal anti kendaraan udara.
Baca Juga: Kim Jong-Un Disebut Bakal Eksekusi Mati Massal Pembelot Korea Utara yang Dipulangkan dari China
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.